Ntvnews.id, Korea Selatan - Insiden kebakaran di pesawat Air Busan yang terjadi di Bandara Gimhae saat bersiap untuk lepas landas kemungkinan besar disebabkan oleh power bank portabel milik penumpang, menurut kesaksian penumpang dan pejabat Air Busan, dikutip dari Koreaboo.
Pada 28 Januari pukul 22.15 KST, pesawat Airbus A321-200 tersebut terbakar di bagian ekornya saat bersiap menuju Hong Kong. Menurut para penumpang di dalam pesawat, terdengar suara “berderak” dari kompartemen bagasi kabin di atas kepala, diikuti dengan munculnya asap.
Baca juga: Pesawat Air Busan Terbakar di Bandara Gimhae, 176 Penumpang Selamat Dievakuasi
Penyelidikan internal Air Busan mengenai insiden ini sejalan dengan kesaksian para penumpang. Seorang pramugari juga dilaporkan memberikan kesaksian bahwa kebakaran kemungkinan berasal dari kompartemen bagasi di atas kursi baris ke-28.
Air Busan terbakar di Bandara Internasional Gimhae (Allkpop)
Meskipun demikian, penyebab pasti kebakaran yang berpotensi fatal ini masih belum dapat dipastikan. Namun, pihak Air Busan tetap menyampaikan kepada media bahwa kebakaran tampaknya “disebabkan oleh power bank portabel milik penumpang yang terjepit di dalam kompartemen bagasi kabin.”
Jika power bank memang terbukti sebagai penyebab kebakaran, ini bukanlah insiden pertama yang terjadi. Pada April tahun lalu, sebuah power bank yang mengalami panas berlebih di kompartemen bagasi kabin mulai mengeluarkan asap dalam penerbangan Asiana Airlines yang mengangkut 273 penumpang.
Pramugari berhasil memadamkan perangkat tersebut sebelum api menyebar. Pada Desember tahun lalu, insiden serupa juga terjadi dalam penerbangan Air Busan lainnya, di mana pramugari segera memadamkan power bank sebelum lepas landas.
Investigasi forensik bersama dijadwalkan pada 31 Januari KST untuk menentukan penyebab kebakaran di pesawat Air Busan tujuan Hong Kong serta titik awalnya.
Sebelumnya, pada Kamis, 30 Januari, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi, Kepolisian Metropolitan Busan, Markas Pemadam Kebakaran Busan, serta Layanan Forensik Nasional mengadakan pertemuan bersama untuk membahas langkah-langkah keselamatan sambil menyelidiki lokasi kejadian.
Mengingat sayap pesawat masih berisi 15.875 kg bahan bakar penerbangan, tindakan pencegahan perlu diambil guna menghindari insiden lebih lanjut.
Setelah pemeriksaan awal di lokasi kejadian pada 29 Januari KST, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi mengumumkan bahwa tidak ditemukan indikasi aksi terorisme. Namun, mereka menekankan bahwa temuan ini masih bersifat sementara, dan kemungkinan terorisme tetap terbuka hingga penyelidikan selesai.