Ntvnews.id, Jakarta - Pada Kamis 30 Januari lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menegaskan usul kontroversialnya yang mengusulkan relokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania. Trump bersikeras bahwa kedua negara tersebut akan mengikuti rencananya meskipun keduanya telah berulang kali menolak.
"Mereka akan melakukannya. Mereka akan melakukannya. Mereka akan melakukannya, oke? Kami telah melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya," kata Trump, Jumat 31 Januari 2025.
Baca Juga : 45 Truk Kontainer Bantuan Indonesia untuk Palestina Tiba di Gaza
Akhir pekan lalu, Donald Trump kembali menyerukan agar Gaza “dibersihkan” dan warga Palestina dipindahkan ke Mesir serta Yordania, menyebut wilayah tersebut sebagai “lokasi pembongkaran” akibat perang genosida Israel. Namun, kedua negara tersebut dengan tegas menolak segala bentuk pemindahan atau pengusiran warga Palestina dari tanah mereka.
Usulan Trump muncul setelah dimulainya perjanjian gencatan senjata di Gaza pada 19 Januari, yang menghentikan sementara perang Israel.
Baca Juga : Lebih dari 500.000 Pengungsi Palestina Kembali ke Gaza Utara Pasca Gencatan Senjata
Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 47.400 warga Palestina, kebanyakan di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Gaza. Pada 7 Oktober, hampir 1.200 orang tewas di Israel, dan 250 orang dibawa ke Gaza sebagai sandera.
Usulan Trump menuai kecaman luas, dengan banyak pihak menganggapnya sebagai bentuk “pembersihan etnis” dan “kejahatan perang.” Banyak negara Muslim, Arab, dan beberapa negara Eropa seperti Prancis secara tegas menolak gagasan tersebut.
(Sumber Antara)