Ntvnews.id, New Delhi - Warga di 12 desa di Distrik Buldhana, Negara Bagian Maharashtra, India, mengalami kebingungan akibat fenomena kerontokan rambut massal yang belum diketahui penyebabnya.
Dilansir dari BBC, Minggu, 2 Februari 2025, Sejak Januari 2025, lebih dari 200 orang, termasuk anak-anak berusia empat tahun, melaporkan kehilangan rambut secara cepat dan signifikan, menurut laporan otoritas kesehatan setempat.
Dalam beberapa kasus, individu bahkan mengalami kebotakan total. Kondisi ini menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat, memicu kepanikan, dan mendorong otoritas kesehatan India untuk melakukan penyelidikan guna menemukan penyebabnya.
Anand (nama samaran), seorang warga Desa Pahurjira, termasuk di antara mereka yang mengalami kebotakan. Rambutnya mulai rontok pada 31 Desember 2024, sehingga ia memutuskan untuk mencukur kepalanya di tempat pangkas rambut. Awalnya, rambutnya mulai tumbuh kembali, tetapi kemudian kerontokan terus berlanjut.
Baca Juga: Usai Jalani Ibadah Umrah, Ragnar Oratmangoen Cukur Rambut Sampai Botak
Mereka yang terdampak melaporkan bahwa kondisi ini diawali dengan rasa gatal di kulit kepala, diikuti oleh kerontokan rambut yang cepat dan signifikan. Beberapa individu dapat menumbuhkan rambut kembali, tetapi penyebab pasti dari fenomena ini masih belum diketahui.
Untuk menangani kasus ini, Kementerian Ayush, yang bertanggung jawab atas pengobatan alternatif di India, kini menyediakan obat-obatan homeopati kepada para pasien berdasarkan gejala yang mereka alami.
Pemerintah, para ahli, serta Dewan Riset Medis India (ICMR) telah memulai penyelidikan guna mengidentifikasi kemungkinan penyebab di balik kejadian ini.
Tim ilmuwan ICMR dari Bhopal, Chennai, Pune, dan Delhi telah mengunjungi desa-desa terdampak untuk mengumpulkan sampel rambut, kuku, darah, urine, serta sumber air yang digunakan warga. Sampel-sampel ini kemudian dianalisis di Sekolah Tinggi Kedokteran Pemerintah Akola.
Dekan sekolah tersebut, Dr. Meenakshi Gajbhiye, menyampaikan kepada BBC News Marathi bahwa berdasarkan biopsi dan tes darah, kondisi ini tidak disebabkan oleh infeksi jamur dan juga tidak dapat dikategorikan sebagai penyakit tertentu. Penelitian lebih lanjut masih berlangsung untuk menentukan faktor penyebabnya, termasuk analisis terhadap berbagai produk yang digunakan masyarakat setempat serta sumber air yang mereka konsumsi.
Tim dari sekolah kedokteran tersebut juga telah mengunjungi desa-desa terdampak guna melakukan investigasi lebih lanjut.
Dr. Amol Gite, seorang petugas kesehatan di Distrik Buldhana, menegaskan bahwa kecepatan kerontokan rambut yang dialami warga tidak menunjukkan adanya infeksi jamur sebagai penyebabnya.
Dampak Sosial dari Kerontokan Rambut
Fenomena ini juga berdampak pada kehidupan sosial warga yang terkena dampak, menyebabkan diskriminasi di komunitas mereka.
Saat BBC mengunjungi daerah tersebut, beberapa anak laki-laki dan perempuan tampak enggan berbicara karena merasa takut.
Baca Juga: Ajak YouTuber Wanita Korsel ke Hotel, Pak Botak Pejabat Kemenhub Dicopot
Beberapa pernikahan yang telah direncanakan pun dibatalkan, sementara individu yang mengalami kerontokan rambut menghadapi pengucilan dari kegiatan sosial. Sejumlah siswa bahkan mengaku menjadi sasaran ejekan di sekolah dan perguruan tinggi.
Parvati (nama samaran), seorang wanita berusia 55 tahun, mengungkapkan bahwa putranya mengalami kerontokan rambut parah, yang menyebabkan rencana pernikahannya dibatalkan. "Sekarang anak saya tidak mau keluar dan bertemu siapa pun di desa," ujarnya.
Sementara itu, Kaveri Dhalokar, seorang wanita berusia 60 tahun yang sebelumnya memiliki rambut panjang hingga pinggang, kini memiliki beberapa area botak di kepalanya.
"Awalnya hanya sedikit rambut yang rontok," katanya. "Tapi ketika saya menyisirnya, rambut semakin banyak yang jatuh. Saat mencuci rambut, semuanya rontok. Rasanya sangat menyedihkan kehilangan begitu banyak rambut."