Ntvnews.id, Canbera - Australia, negara tetangga yang berbatasan laut dengan Indonesia, digemparkan oleh kasus kematian seorang bocah berusia 8 tahun, Elizabeth Struhs, akibat ritual yang dilakukan oleh sebuah sekte agama.
Elizabeth didiagnosis menderita diabetes tipe-1 pada tahun 2019 dan harus menerima insulin saat mengalami kambuh. Namun, ketika kondisinya memburuk pada Januari 2022, anggota sekte yang ia ikuti justru memilih untuk melakukan ritual doa daripada memberinya pengobatan yang dibutuhkan.
Mereka berkumpul di sekeliling Elizabeth, berdoa dan bernyanyi, berharap Tuhan akan menyembuhkannya. Bahkan setelah ia berhenti bernapas, mereka tetap melanjutkan doa, memohon keajaiban. Insiden tragis ini terjadi di rumahnya di Toowoomba, sebelah barat Brisbane.
Dilansir dari ABCnews, Minggu, 2 Februari 2025, menyebutkan bahwa kasus ini pun ditangani oleh pihak berwenang dan dibawa ke pengadilan. Sidang berlangsung selama sembilan pekan, menghadirkan 60 saksi serta berbagai bukti untuk mengungkap fakta di balik kejadian tersebut.
Baca Juga: Geger Penangkapan Pemimpin Sekte dan Penjahat Seks
Dalam persidangan, terungkap bahwa sekte ini hanya terdiri dari tiga keluarga yang bertemu tiga kali dalam seminggu. Meskipun mereka tidak menganut agama tertentu, mereka menganggap diri sebagai orang Kristen yang mengikuti Alkitab.
Kelompok ini meyakini bahwa doa dapat menghadirkan Roh Kudus, memungkinkan seseorang berbicara dalam bahasa roh. Mereka juga berpegang teguh pada keyakinan bahwa penyembuhan hanya dapat datang dari Tuhan, sehingga menolak pengobatan konvensional, yang dianggap oleh sebagian anggotanya sebagai "ilmu sihir".
Pada Rab, 29 Januari 2025, Hakim Mahkamah Agung Brisbane, Martin Burns, menyatakan bahwa orang tua Elizabeth dan 13 anggota sekte tersebut bersalah atas kematian bocah tersebut.
Hakim Burns menegaskan bahwa kematian Elizabeth "tak bisa dihindari" akibat kegagalan kelompok itu dalam memberikan insulin atau mencari bantuan medis saat kondisinya memburuk.
Baca Juga: 30 Tewas Saat Acara Keagamaan Terbesar di India
Dalam putusannya, Burns juga menggambarkan Elizabeth sebagai anak yang ceria dan bahagia.
"Yang dirawat penuh kasih sayang dan dipuja oleh semua anggota gereja," ujar Burns dalam putusannya.
"Namun, karena keyakinannya yang kuat akan kekuatan penyembuhan Tuhan, yang menurut orang tuanya dan anggota Gereja lain tidak memungkinkan untuk menggunakan perawatan atau pengobatan medis apa pun, ia kehilangan satu hal yang pasti akan membuatnya tetap hidup, insulin," imbuhnya.
Brendan Stevens, pemimpin sekte, serta Jason Struhs, ayah Elizabeth, awalnya didakwa atas pembunuhan akibat kelalaian.
Namun, hakim menyatakan keduanya bersalah atas dakwaan yang lebih ringan, yaitu pembunuhan, karena Burns