Ntvnews.id, Jakarta - Tokoh intelijen dan militer Indonesia, AM Hendropriyono baru-baru ini meminta bangsa Indonesia lebih waspada terhadap sentimen SARA sebagai operasi penggalangan negara adidaya, Amerika Serikat. Dia menilai bahwa operasi itu menyasar masyarakat Indonesia.
"Waspadalah wahai para patriot bangsa, kondisi seperti ini yang diinginkan oleh Administrasi Pres AS sekarang. Setelah konsep geostrategi di Timur tengah dan di Eropa terlaksana, kondisi geopolitik kini mulai bergeser ke Asia," kata Hendropriyono, dikutip dari keterangan tertulisnya yang diterima Ntvnews, Senin, 3 Februari 2025.
Hendropriyono menyebutkan bahwa setelah rencana geostrategi AS di Timur Tengah dan Eropa terlaksana, kini fokus dunia bergeser ke Asia, terutama terkait dengan ketegangan di Laut China Selatan dan dampak perang dagang yang terus berlanjut.
Potret Donald Trump (Pinterest)
Hendropriyono menjelaskan bahwa persaingan ekonomi global, terutama terkait dengan inisiatif pembangunan Terusan Kra di Thailand oleh China, dapat mempengaruhi posisi AS di kawasan tersebut.
"Pukulan terhadap AS dalam perang dagang akan berkepanjangan, karena rencana dibangunnya Terusan Kra di Thailand oleh China," kata Hendropriyono, mengindikasikan bahwa pembangunan proyek infrastruktur besar ini berpotensi menggoyahkan dominasi AS di kawasan Asia.
Ia juga menyoroti ancaman yang lebih besar terkait ambang perang finansial, di mana Indonesia, bersama dengan negara-negara anggota BRICS, kini berada dalam posisi yang berlawanan dengan dominasi dolar AS (USD).
"Sementara itu, ambang perang finansial sudah semakin jelas, bahwa RI berada dalam posisi BRICS yang berseberangan dengan kedaulatan USD," ungkapnya, memperingatkan bahwa ketegangan dalam sektor ekonomi dapat berujung pada konflik yang lebih besar.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono (Instagram @diaz.hendropriyono)
"Jika sentimen SARA semakin berkembang menjadi konflik sosial yang meluas, maka tentara AS akan datang untuk melaksanakan misi perdamaian di bawah bendera PBB," ujar Hendropriyono.
Ia menambahkan, kehadiran militer AS di kawasan ini berpotensi memperkuat posisi mereka di Laut China Selatan, yang merupakan kawasan strategis dengan sumber daya alam yang melimpah.
Namun, Hendropriyono juga menegaskan bahwa ia tidak ingin Indonesia terjerumus ke dalam perang saudara atau menjadi ajang pertempuran antara negara-negara besar. Ia mengimbau seluruh pihak untuk berpikir jernih dan mengendalikan.
"Dengan demikian, tersusun kekuatan garis belakang yang mendalam, untuk mendukung offensif AS di Laut China Selatan. Kita tidak mau jika di negara kita terjadi perang saudara dan tidak mau menjadi kancah pertempuran antar super powers, yang mengakibatkan hancurnya kita dan hari depan anak cucu kita," jelasnya.
"Berpikirlah yang jernih, kendalikan suara agar tidak menebar kebencian antar masyarakat bangsa Indonesia dan bertindaklah dengan kewaspadaan maksimal terhadap perkiraan keadaan intelijen strategis ini," imbuhnya.