Ntvnews.id, Jakarta - Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh setiap Muslim yang telah memenuhi syarat. Namun, ada kalanya seseorang tidak mampu melaksanakan puasa Ramadhan karena alasan tertentu, seperti sakit, haid, hamil, atau dalam perjalanan jauh. Dalam kondisi ini, Islam memberikan keringanan berupa kewajiban untuk mengganti puasa (qadha) di luar bulan Ramadhan.
Lalu, bagaimana sebenarnya hukum mengganti puasa Ramadhan? Apa saja syarat, ketentuan, dan batas waktunya? Simak penjelasan lengkap berikut ini.
Apa Itu Qadha Puasa?
Qadha puasa adalah kewajiban untuk mengganti hari-hari puasa Ramadhan yang tertinggal karena uzur syar’i (alasan yang dibenarkan dalam Islam). Setiap hari puasa yang ditinggalkan harus diganti sebanyak hari yang sama di luar bulan Ramadhan.
Baca juga: Manfaat Puasa untuk Ginjal, Detoks Alami yang Menyehatkan
Dalilnya terdapat dalam Al-Qur’an:
"Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain."
(QS. Al-Baqarah: 184)
Hukum Mengganti Puasa Ramadhan
Hukum mengganti puasa Ramadhan adalah wajib bagi siapa saja yang meninggalkannya dengan alasan yang sah. Kewajiban ini tetap berlaku meskipun sudah berlalu bertahun-tahun.
Siapa yang Wajib Mengganti Puasa?
- Orang sakit yang sembuh setelah Ramadhan.
- Wanita haid atau nifas.
- Ibu hamil atau menyusui yang khawatir terhadap kesehatan dirinya atau bayinya.
- Musafir (orang yang bepergian jauh) dengan jarak yang membolehkan tidak berpuasa.
- Orang tua yang lemah atau sakit permanen, namun jika tidak mampu puasa sama sekali, cukup membayar fidyah.
Batas Waktu Mengganti Puasa Ramadhan
Waktu untuk mengganti puasa Ramadhan adalah sepanjang tahun hingga datangnya Ramadhan berikutnya. Artinya, seseorang harus menyelesaikan qadha puasanya sebelum masuk bulan Ramadhan tahun berikutnya.
Namun, jika qadha puasa tertunda tanpa alasan syar’i hingga Ramadhan berikutnya, maka:
- Tetap wajib mengganti puasa yang tertinggal.
- Menurut sebagian ulama (Mazhab Syafi’i dan Hambali), wajib membayar fidyah sebagai denda, yaitu memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari puasa yang tertinggal.
Hukum Jika Lupa Jumlah Puasa yang Harus Diganti
Jika seseorang lupa berapa hari puasanya yang tertinggal, maka ia harus:
- Mengganti puasa sebanyak perkiraan yang paling meyakinkan.
- Lebih baik menambah jumlah hari jika ragu, untuk memastikan kewajiban telah tertunaikan.
Bagaimana Niat Mengganti Puasa?
Niat qadha puasa cukup di dalam hati dan tidak perlu diucapkan secara lisan. Waktu niat dilakukan sejak malam hari hingga sebelum fajar, sebagaimana puasa wajib lainnya.
Contoh niat qadha puasa:
“Nawaitu shauma ghadin ‘an qadha’i fardhi Ramadhana lillahi ta’ala.”
Artinya: "Aku niat berpuasa esok hari untuk mengganti puasa wajib Ramadhan karena Allah Ta’ala."
Bolehkah Menggabungkan Niat Qadha Puasa dengan Puasa Sunnah?
Sebagian ulama membolehkan menggabungkan niat qadha puasa dengan puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis atau Ayyamul Bidh. Namun, pahala puasa wajib tetap berbeda dengan puasa sunnah, sehingga niat utama harus tetap untuk qadha.
Tips Agar Tidak Terlambat Mengganti Puasa
- Jangan Menunda: Segera ganti puasa setelah Ramadhan selesai.
- Buat Jadwal: Tentukan hari-hari khusus untuk qadha.
- Konsisten: Disiplin menjalankan puasa qadha agar tidak menumpuk.
- Gabung dengan Puasa Sunnah: Jika memungkinkan, niatkan puasa sunnah sekaligus qadha untuk memaksimalkan pahala.
Hukum mengganti puasa Ramadhan adalah wajib bagi setiap Muslim yang meninggalkan puasa karena alasan syar’i. Qadha puasa sebaiknya dilakukan secepat mungkin sebelum Ramadhan berikutnya tiba.
Jika terlambat tanpa alasan syar’i, selain qadha, sebagian ulama mewajibkan fidyah. Oleh karena itu, jangan tunda kewajiban ini dan pastikan untuk mengganti puasa dengan penuh kesungguhan.