Ntvnews.id, Jakarta - Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi mendapatkan curhatan dari seorang siswa saat berkunjung ke SMAN 7 Kota Cirebon, Jawa Barat.
Kedatangan Dedi Mulyadi awalnya memeriksa kegagalan input Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) yang membuat siswa SMAN 7 Kota Cirebon tidak bisa melakukan pendaftaran Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Baca Juga: Viral! Detik-detik Penghulu di Banyuasin Meninggal Dunia Usai Memimpin Akad Nikah
Namun ketika melakukan kunjungan, ada siswa yang menghampiri Dedi Mulyadi dan melaporkan beberapa pungutan yang dilakukan oleh pihak sekolah termasuk sumbangan Program Indonesia Pintar (PIP).
@dedimulyadiofficial Mereka curhat saat saya datang ke Cirebon #dedimulyadi #kangdedimulyadi ♬ suara asli - KANG DEDI MULYADI
"Kita tuh masih banyak yang pengen dilaporin, Pak, selain kasus PDSS. Sumbangan PIP Rp1,8 juta dipotong Rp250.000," kata siswa tersebut yang curhat ke Dedi Mulyadi, dilansir @dedimulyadiofficial, Senin 10 Februari 2024.
PIP merupakan program bantuan dari pemerintah, yang berupa uang tunai diberikan kepada siswa yang memiliki keluarga keterbatasan secara ekonomi untuk bisa melanjutkan pendidikan.
Kemudian Dedi Mulyadi menanyakan kembali kepada siswa, mengenai cara pihak sekolah mengambil dana PIP, sedangkan dana tersebut langsung masuk ke rekening masing-masing siswa.
"Buku tabungan, kartu dan pin dikasih ke sekolah. Semuanya seangkatan disamain PIN-nya (Personal Identification Number), kalau ada yang berbeda nanti di japri pihak sekolah," jawab siswa tersebut.
Terang saja pengaduan siswi itu membuat Dedi Mulyadi meradang. Apalagi, nomor PIN yang sifatnya rahasia dan sangat personal itu dibagikan kepada pihak sekolah.
"Setiap PIN itu tidak boleh diketahui orang lain. Itu kan rahasia," kesal Dedi.
Tak cuma itu, kedua siswi itu juga mengeluhkan banyaknya komponen pungutan lain. Seperti uang gedung sebesar Rp6,4 juta per siswa, SPP Rp200 ribu, uang LKS Rp300 ribu, serta sumbangan masjid Rp150 ribu. Yang semuanya biaya per siswa.