100 Wanita Jadi Korban TPPO, Dipaksa Perdagangkan Sel Telur

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 11 Feb 2025, 16:13
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
TPPO Warga Taiwan TPPO Warga Taiwan (Facebook)

Ntvnews.id, Jakarta - Sebuah kasus perdagangan manusia yang mengejutkan dunia baru-baru ini terungkap di Georgia. Lebih dari 100 perempuan, mayoritas berasal dari Thailand, menjadi korban eksploitasi dalam praktik fertilitas ilegal.

Mereka awalnya dijanjikan pekerjaan sebagai ibu pengganti dengan bayaran tinggi, namun kenyataannya mereka dipaksa menjalani prosedur medis tanpa persetujuan mereka sendiri.

Kasus ini pertama kali diungkap oleh media Jerman, Bild, serta Thai Examiner. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa para perempuan ini direkrut melalui iklan di Facebook yang menawarkan pekerjaan sebagai ibu pengganti.

Jika mereka mau menerima tawaran ini maka akan dibayar sekitar €17.000 atau sekitar Rp287 juta. Tawaran tersebut menarik banyak wanita yang berharap memperoleh penghasilan besar untuk membantu keluarganya.

Ilustrasi bayi. (Pexels) Ilustrasi bayi. (Pexels)

Dengan janji penghasilan yang menggiurkan, mereka diterbangkan ke Georgia dengan semua biaya perjalanan dan dokumen, termasuk pembuatan paspor, yang ditanggung oleh organisasi yang menjalankan operasi ini.

Namun, setelah tiba di sana, mereka baru menyadari bahwa pekerjaan yang dijanjikan hanyalah tipu daya. Setibanya di Georgia, para korban dibawa ke lokasi terpencil dan tidak diizinkan bergerak bebas.

Mereka dipaksa menjalani terapi hormon untuk meningkatkan produksi sel telur mereka. Setiap bulan, mereka harus menjalani prosedur pengambilan sel telur tanpa persetujuan yang sah dan tanpa mendapat perawatan medis yang layak.

Salah satu korban yang berhasil selamat dan berbicara dalam konferensi pers di Bangkok mengungkapkan bahwa mereka diperlakukan seperti "ternak" dalam sebuah 'peternakan telur'. Prosedur medis dilakukan berulang kali tanpa mempertimbangkan kondisi kesehatan mereka.

TPPO Warga Taiwan <b>(Facebook)</b> TPPO Warga Taiwan (Facebook)

Bahkan, beberapa dari mereka tidak menerima bayaran meskipun telah menjalani prosedur menyakitkan tersebut berkali-kali. Jika ada yang mencoba melarikan diri, mereka diharuskan membayar €2.000 atau sekitar Rp33 juta sebagai biaya pembebasan, yang membuat mereka semakin terjebak.

Kasus ini terungkap setelah salah satu korban berhasil kabur dan melaporkan pengalamannya kepada pihak berwenang di Thailand. Ia menghubungi Pavena Hongsakula, seorang pendiri yayasan yang berfokus melindungi perempuan dan anak-anak dari perdagangan manusia.

Yayasan tersebut segera bekerja sama dengan Interpol untuk menyelidiki kasus ini. Pada 30 Januari, tiga perempuan Thailand berhasil diselamatkan dari fasilitas tersebut. Namun, hingga kini, belum diketahui secara pasti berapa banyak perempuan lain yang masih berada dalam situasi serupa.

Pihak berwenang Thailand menegaskan bahwa penyelidikan masih berlangsung guna membongkar jaringan kriminal yang bertanggung jawab atas kasus ini.

x|close