Ntvnews.id, Beijing - Pemerintah China menyatakan keberatannya atas penempatan sistem rudal jarak menengah Typhon buatan Amerika Serikat (AS) di Filipina. Beijing mendesak Manila untuk segera menarik sistem rudal tersebut.
Dilansir dari Reuters, Senin, 17 Februari 2025, Kementerian Pertahanan China menuding Filipina telah melanggar komitmennya dengan mengizinkan pengerahan senjata AS itu.
Sistem rudal Typhon merupakan bagian dari strategi AS untuk memperkuat persenjataan anti-kapal di kawasan Asia. Ketika pertama kali dikerahkan dalam latihan militer pada April 2024, senjata ini langsung mendapat kritik keras dari China.
Juru bicara Kementerian Pertahanan China, Zhang Xiaogang, menyatakan bahwa Filipina tidak hanya menyerahkan keamanan nasionalnya kepada pihak lain, tetapi juga memicu ketegangan geopolitik serta perlombaan senjata di kawasan.
Baca Juga: Ngeri, Iran Unjuk Gigi Rudal Balistik yang Diklaim Bisa Capai Jarak Sangat Jauh
Menurut Zhang, sistem Typhon adalah "senjata ofensif strategis", dan Filipina telah berulang kali mengingkari janjinya dengan mengikuti keinginan AS dalam memperkenalkan sistem ini.
Pernyataan China tersebut muncul setelah juru bicara Dewan Keamanan Nasional Filipina, Jonathan Malaya, menegaskan dalam konferensi pers bahwa rudal Typhon hanya bersifat defensif. Ia juga menyatakan bahwa Manila tidak pernah berjanji untuk menarik sistem rudal tersebut.
Baca Juga: Menlu AS Berada di Korsel Saat Korut Sedang Luncurkan Rudalnya
"Filipina tetap berpegang pada konstitusinya yang menolak perang sebagai alat kebijakan nasional," ujar Malaya.
Saat ini, militer AS telah memindahkan sistem peluncur rudal Typhon—yang mampu menembakkan rudal jarak jauh—dari lapangan terbang Laoag di Filipina ke lokasi lain di Pulau Luzon.
Rudal jelajah Tomahawk yang digunakan dalam sistem ini dapat mencapai target di China dan Rusia dari Filipina. Sementara itu, rudal SM-6 yang juga bisa dimuat dalam peluncur ini mampu menyerang sasaran udara atau laut dalam radius lebih dari 200 kilometer.