Imam Gay Pertama di Dunia Tewas Ditembak di Afrika Selatan, Komunitas LGBTQ+ Berduka

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Feb 2025, 19:07
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Muhsin Hendricks, Imam gay pertama di dunia. Muhsin Hendricks, Imam gay pertama di dunia. (AFP)

Ntvnews.id, Cape Town - Muhsin Hendricks, seorang tokoh pelopor yang dikenal sebagai imam gay pertama di dunia, telah ditembak mati di Afrika Selatan. Hendricks yang berusia 57 tahun tersebut diketahui mengelola sebuah masjid di Cape Town yang berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi kaum gay dan Muslim yang terpinggirkan.

Ia tewas dibunuh pada Sabtu pagi, 15 Februari 2025 lalu, setelah kendaraan yang ditumpanginya disergap di dekat kota Gqeberha.

"Dua tersangka tak dikenal dengan wajah tertutup keluar dari kendaraan dan mulai melepaskan beberapa tembakan ke kendaraan itu," ungkap polisi dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman BBC, Senin, 17 Februari 2025.

Kematian Hendricks mengguncang komunitas LGBTQ+ dan sekitarnya, memicu gelombang belasungkawa dari berbagai penjuru dunia. Julia Ehrt, direktur eksekutif International Lesbian, Gay, Bisexual, Trans and Intersex Association (Ilga), menyerukan penyelidikan menyeluruh terhadap kejadian ini dan menyebutnya sebagai "kejahatan kebencian."

"Ia mendukung dan membimbing banyak orang di Afrika Selatan dan di seluruh dunia dalam perjalanan mereka untuk berdamai dengan iman mereka, dan hidupnya telah menjadi bukti penyembuhan yang dapat diberikan oleh solidaritas lintas komunitas dalam kehidupan setiap orang," ujar Ehrt.

Hendricks diduga terbunuh setelah memimpin sebuah upacara pernikahan lesbian, meskipun hal ini belum dikonfirmasi secara resmi. Rekaman serangan tersebut muncul melalui rekaman keamanan yang dibagikan di media sosial.

Dalam video tersebut, sebuah mobil terlihat berhenti dan menghalangi kendaraan Hendricks saat kendaraan tersebut menjauh dari trotoar.

Menurut polisi, Hendricks berada di kursi belakang mobil. Sudut rekaman CCTV menunjukkan seorang penyerang yang keluar dari mobil dan menembak berulang kali melalui jendela penumpang belakang.

Yayasan Al-Ghurbaah milik Hendricks, yang mengelola masjid Masjidul Ghurbaah di Wynberg, Cape Town, mengonfirmasi bahwa ia tewas dalam serangan tersebut. Namun, Abdulmugheeth Petersen, ketua dewan yayasan, mengimbau agar para pengikutnya bersabar dan menekankan pentingnya melindungi keluarga Hendricks.

 

Pendeta Jide Macaulay, seorang pendeta Anglikan yang terbuka tentang orientasi seksualnya sebagai gay, menyebut kematian Hendricks sebagai peristiwa yang "sangat memilukan." Aktivis hak LGBTQ+ Inggris-Nigeria yang menjalankan House of Rainbow itu pun memberikan penghormatan kepada Hendricks atas keberanian dan kepemimpinannya dalam menciptakan komunitas agama yang inklusif.

"Kepemimpinan, keberanian, dan dedikasi Anda yang tak tergoyahkan terhadap komunitas agama yang inklusif telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan," ujarnya.

Sadiq Lawal, seorang pria gay Muslim yang tinggal di Nigeria, mengatakan bahwa Hendricks telah memberikan dampak besar dengan membuat "yang tidak mungkin menjadi mungkin".

"Saya seorang imam queer. Ia adalah mentor bagi banyak Muslim queer di Afrika, terutama di Nigeria, karena ekstremisme agama. Saya masih terkejut dan hancur," ungkapnya.

x|close