Tragis, Puluhan Balita di Lombok Timur Meninggal karena Pneumonia dan TBC

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 19 Feb 2025, 18:13
thumbnail-author
Akbar Mubarok
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). ((Antara))

Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), mencatat sebanyak 15 balita meninggal dunia akibat pneumonia dan tuberkulosis (TBC) sepanjang tahun 2024.

"Sebanyak 15 anak meninggal akibat pneumonia dan TBC pada 2024," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Lombok Timur, Budiman Satriadi, Rabu 19 Febuari 2025.

Baca Juga : Paus Fransiskus Idap Pneumonia di Kedua Paru-paru, Ini Kata Vatikan

Dari jumlah tersebut, 12 balita berusia di bawah satu tahun, sementara satu anak lainnya berusia di bawah lima tahun.

Budiman menjelaskan bahwa pneumonia, sebagai bagian dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), menjadi ancaman serius bagi balita. Selain itu, kasus TBC turut merenggut nyawa dua anak di daerah tersebut.

“Kedua penyakit ini menjadi perhatian serius kami karena dampaknya yang sangat fatal jika tidak ditangani dengan cepat,” tegasnya.

Meski angka kematian terbilang tinggi, Budiman mencatat tingkat penemuan kasus pneumonia di Lombok Timur hanya mencapai 48 persen, TBC 51 persen, dan diare 54 persen.

Baca Juga : Pneumonia Merebak di Jepang, Warga Hong Kong dan Thailand Diimbau Tunda Perjalanan

Menurutnya, rendahnya kesadaran masyarakat menjadi faktor utama penyebab penyebaran penyakit-penyakit tersebut.

"TBC dan diare sering disebut silent disease karena gejalanya tidak selalu tampak jelas. Anak mungkin terlihat sehat, namun jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat berakibat fatal," ujarnya.

Budiman mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala seperti batuk berkepanjangan, sesak napas, demam, atau diare.

Ia juga menekankan pentingnya segera membawa anak ke fasilitas kesehatan (faskes) jika mengalami gejala-gejala tersebut.

Baca Juga : Fenita Arie Idap Pneumonia Usai Berlibur ke Jepang

“Kenali gejala dan bahayanya. Jangan menunda untuk memeriksakan anak ke tenaga medis,” pesannya.

Sebagai upaya pencegahan, ia menyarankan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, menghindari paparan asap rokok di dalam rumah, serta memastikan ventilasi dan pencahayaan rumah memadai.

“Lingkungan rumah yang lembab, pengap, dan minim cahaya dapat meningkatkan risiko pneumonia dan TBC. Selain itu, makanan dan minuman yang tidak higienis berpotensi memicu diare,” jelasnya.

Pemerintah daerah, kata Budiman, tetap berkomitmen untuk meningkatkan edukasi masyarakat mengenai bahaya pneumonia, TBC, dan diare.

“Upaya ini diharapkan dapat menekan angka kematian balita serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan penanganan dini,” tutupnya.

(Sumber Antara)

x|close