Ntvnews.id, Jakarta - Jagat maya belakangan ini ramai membahas sebuah video yang memperlihatkan perdebatan sengit antara seorang anggota Brimob Polri dengan seorang prajurit TNI. Video berdurasi sekitar empat menit tersebut awalnya membahas insiden penyerangan Kantor Polres Tarakan.
Namun, situasi semakin memanas ketika Briptu Richard Silalahi, anggota Brimob yang terlihat dalam rekaman itu, justru menantang prajurit TNI untuk berkelahi. Kejadian ini menjadi sorotan, terutama karena Briptu Richard berasal dari Batalyon C150 Polda Sumatera Utara dan tampaknya tidak terima dengan insiden yang terjadi di Tarakan.
Dalam rekaman itu, Briptu Richard tampak sangat berani menantang prajurit TNI untuk duel satu lawan satu. Bahkan, ia memberikan pilihan kepada lawannya untuk menentukan sendiri jenis pertarungan yang akan dilakukan, baik itu di ring tinju maupun tarung bebas.
Sikapnya yang penuh percaya diri membuat video ini menjadi viral di berbagai platform media sosial, menarik perhatian banyak orang yang penasaran dengan latar belakang kejadian tersebut.
View this post on Instagram
Namun, hanya beberapa jam setelah video tersebut menyebar luas, muncul rekaman lain yang menunjukkan situasi yang berbeda. Kali ini, Briptu Richard tampak tidak lagi segarang sebelumnya.
Dalam video terbaru itu, ia tampak dikawal oleh anggota Provost Brimob serta komandan kompinya. Wajahnya terlihat lebih tenang, bahkan cenderung menunjukkan ekspresi penuh penyesalan. Ia pun akhirnya menyampaikan permintaan maaf kepada pihak TNI atas perbuatannya yang telah memicu kegaduhan di media sosial.
"Mohon izin komandan, saya Briptu Richard Silalahi menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas kegaduhan terkait kata-kata saya pada saat live dengan anggota TNI yang menyebabkan ketersinggungan rekan-rekan TNI dikarenakan saya membawa nama satuan TNI pada perdebatan tersebut. Dan saya berjanji tak akan mengulangi perbuatan itu lagi di kemudian hari," kata Briptu Richard Silalahi.
Sebagai informasi, insiden penyerangan di Kantor Polres Tarakan sendiri bermula dari kasus penganiayaan yang dilakukan oleh seorang anggota polisi terhadap prajurit TNI di sebuah tempat hiburan malam.
Situasi semakin memanas karena pelaku enggan meminta maaf dan bahkan terkesan meremehkan pihak TNI, yang kemudian memicu serangan terhadap kantor polisi tersebut. Kejadian ini menjadi perbincangan luas di masyarakat, menyoroti hubungan antara kedua institusi keamanan tersebut.