Ntvnews.id, Washington DC - Wabah campak di wilayah barat daya Amerika Serikat telah menyebabkan dua kematian dan lebih dari 200 kasus infeksi, mendorong badan kesehatan untuk mengeluarkan peringatan perjalanan.
Dilansir dari NY Post, Senin, 10 Maret 2025, otoritas di Texas melaporkan 198 kasus campak, sementara New Mexico mencatat 30 kasus, sehingga total mencapai 228 kasus. Setiap negara bagian mengonfirmasi satu kematian, di mana kedua korban belum menerima vaksinasi.
Di Texas, korban adalah seorang anak, sedangkan di New Mexico, seorang dewasa dinyatakan positif campak setelah meninggal. Meskipun penyebab resmi kematian di New Mexico belum diumumkan oleh Kantor Penyelidik Medis, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengklasifikasikan kasus tersebut sebagai kematian yang terkait dengan campak.
CDC memperingatkan bahwa jumlah kasus kemungkinan akan terus meningkat karena wabah menyebar dengan cepat. Dalam peringatan kepada tenaga medis, pejabat kesehatan masyarakat, dan calon pelancong, CDC menekankan pentingnya upaya pencegahan.
Baca Juga: Virus Marburg yang Mematikan Kini Sudah Tewaskan 9 Orang
"Dengan musim perjalanan musim semi dan musim panas yang semakin dekat, tenaga medis dan pejabat kesehatan memiliki peran penting dalam menghentikan penyebaran campak," ujar CDC.
Mereka juga menekankan kewaspadaan terhadap pasien dengan gejala ruam demam yang sesuai dengan kriteria campak, serta perlunya menyebarluaskan strategi pencegahan, termasuk panduan vaksinasi bagi pelancong internasional.
Campak merupakan penyakit yang sangat menular, menyebar melalui droplet pernapasan, dan dapat bertahan di udara hingga dua jam setelah orang yang terinfeksi meninggalkan suatu area. Gejala awalnya meliputi demam, gangguan pernapasan, dan ruam, namun dapat berujung pada komplikasi serius seperti pneumonia, radang otak, hingga kematian.
Baca Juga: Virus Marburg Diduga Sebabkan 8 Warga Tanzania Meninggal
Vaksinasi tetap menjadi perlindungan paling efektif. Vaksin campak, yang direkomendasikan untuk anak-anak berusia 12 bulan ke atas, memberikan kekebalan sebesar 93 persen setelah satu dosis dan meningkat hingga 97 persen dengan dua dosis.
Namun, cakupan imunisasi di AS mengalami penurunan, terutama sejak pandemi COVID-19 yang memicu maraknya misinformasi tentang vaksin.