Ntvnews.id, Jakarta - Rapat kerja Komisi VI DPR RI pada Selasa, 11 Maret 2025 di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, berubah menjadi ajang perdebatan sengit antara dua politisi yang saling melontarkan sindiran tajam antara Andre Rosiade dari Fraksi Gerindra dan Rieke Diah Pitaloka dari PDIP.
Perdebatan ini berpusat pada kasus dugaan korupsi minyak mentah di Pertamina, yang menyeret nama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mantan Komisaris Utama Pertamina.
Perselisihan ini bermula ketika Andre Rosiade secara terang-terangan melontarkan kritik tajam terhadap Ahok. Ia menyebut Ahok "banyak bacot" dalam hal pengawasan di Pertamina, yang dianggapnya tidak efektif dan hanya sekadar berkoar-koar tanpa tindakan konkret.
Andre juga menuding bahwa selama menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina pada periode 2019 hingga 2024, Ahok hanya menikmati berbagai fasilitas mewah serta gaji yang fantastis tanpa menunjukkan upaya nyata dalam pemberantasan korupsi di BUMN tersebut.
"Ahok itu ngapain aja di Pertamina? Padahal, Ahok itu menikmati loh penghasilan puluhan miliar rupiah waktu jadi Komut Pertamina. Karena Ahok itu Komisaris Utama 2019 sampai 2024. Bayangin puluhan miliar rupiah per tahun, belum lagi rajin main golf. Itu fasilitas Ahok yang didapatkan jadi Komut Pertamina," sindir Andre dengan nada tinggi, dilansir YouTube TV Parlemen.
Lebih lanjut, Andre membandingkan Ahok dengan Menteri BUMN Erick Thohir, yang dinilai berani mengungkap kasus korupsi Jiwasraya dan Asabri ke Kejaksaan Agung RI, sehingga langsung mendapat penanganan dari penyidik.
"Ahok ngapain selain ngebacot, omon-omon, marah-marah, maki-maki, bapak-bapak? Apa yang dilakukannya? Ada enggak dia bawa data ke aparat penegak hukum? Enggak ada 'kan," tambah Andre.
Mantan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hadir memenuhi panggilan pemeriksaan penyidik di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis 9 Januari 2025. ((Antara))
Pernyataan keras Andre segera memicu reaksi tegas dari Rieke Diah Pitaloka. Ia langsung menyela dengan penuh emosi, menyuarakan keinginannya agar Ahok dipanggil dalam rapat kerja tersebut.
"Panggil Ahok ke sini!" seru Rieke dengan lantang, memperkeruh suasana yang sudah memanas.
Menanggapi pernyataan itu, Andre menyatakan ketidaksetujuannya dengan pemanggilan Ahok. Menurutnya, memanggil seseorang yang sudah pensiun dari jabatannya hanyalah upaya untuk memberikan panggung politik secara tidak perlu.
"Ngapain dipanggil? Ngapain kita kasih panggung seseorang yang sudah pensiun, enggak berbuat apa-apa, Lalu, sekarang setelah Kejagung melakukan penegakan hukum, dia mau jadi pahlawan kesiangan. Ini kan pahlawan kesiangan!" ujar Andre penuh semangat.
Andre menegaskan bahwa jika Ahok benar-benar peduli dengan kasus korupsi di Pertamina, ia seharusnya sudah menyampaikan bukti-bukti ke aparat hukum saat masih menjabat sebagai komisaris utama, bukan mencuri perhatian ketika kasus sudah ditangani oleh Kejaksaan Agung.
"Kalau dia punya data, dia jadi Komut seharusnya dia bawa datanya ke Kejagung, KPK atau ke Kepolisian. Itu baru kerja pengawasan. Kalau sekarang Kejagung melakukan penangkapan di era Prabowo, lalu dia ngebacot. 'Oh saya punya data'. Lah, elu ngapain aja bro (Ahok) selama ini?" sindirnya lagi.
Andre juga menyebut Ahok hanya memanfaatkan momentum pengusutan kasus korupsi oleh Kejagung sebagai ajang mencari popularitas. Ia mengkritik tindakan tersebut sebagai upaya pansos dengan memanfaatkan kinerja Kejaksaan Agung di era Presiden Prabowo.
"Ini kan orang sudah pensiun, tidak punya panggung politik, memanfaatkan kehebatan Kejagung di era Prabowo untuk numpang tenar kembali supaya populer kembali. Ini gaya politisi numpang tenar, pansos kemampuan kinerja Kejagung di era Presiden Prabowo," kata Andre dengan tegas.
Sebelumnya, Ahok sempat angkat bicara terkait kasus dugaan korupsi di Pertamina. Dalam sebuah wawancara, ia menyatakan kesiapannya untuk membeberkan semua fakta yang diketahuinya, termasuk rekaman rapat yang selama ini ia simpan rapat-rapat. Jika dibutuhkan, Ahok siap memutar rekaman tersebut di pengadilan sebagai bukti yang sah.