Ntvnews.id
"China percaya bahwa proteksionisme tidak akan menghasilkan apa-apa, dan perang tarif dagang tidak akan menghasilkan pemenang tapi kami percaya bahwa cara yang tepat adalah dengan mengatasi masalah satu sama lain melalui dialog dan konsultasi atas dasar kesetaraan dan rasa saling menghormati," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu, 12 Maret 2025.
Presiden Trump resmi memberlakukan tarif 25 persen pada seluruh impor baja dan aluminium ke AS pada Rabu, 12 Maret 2025 dengan tujuan meningkatkan lapangan kerja di pabrik-pabrik domestik.
Kebijakan ini berdampak signifikan bagi Kanada, yang memasok sekitar 50 persen impor aluminium dan 20 persen impor baja ke AS. Selain itu, Brasil dan Meksiko menjadi pemasok baja utama, sementara Uni Emirat Arab serta Korea Selatan termasuk di antara pemasok terbesar aluminium.
Baca juga: Kata China soal Debat Panas Trump-Vance-Zelenskyy
Sementara itu, sejak Februari, Trump telah menerapkan tarif 10 persen pada hampir semua produk impor dari China dan menaikkannya menjadi 20 persen pada Selasa, 4 Maret 2025. Menurutnya, langkah ini bertujuan menekan China untuk mengurangi distribusi fentanil ke AS.
"Apa yang dilakukan AS sangat melanggar aturan WTO, merusak sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, dan tidak bermanfaat untuk menyelesaikan masalah. China akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan hak dan kepentingannya yang sah," ucap Mao Ning.
Mao Ning menegaskan bahwa hubungan dagang antara China dan AS berlandaskan prinsip interaksi dua arah dan saling menguntungkan.
"Kerja sama akan menghasilkan keuntungan bersama dan saling menguntungkan, dan China pasti akan mengambil tindakan balasan sebagai tanggapan terhadap tekanan yang sewenang-wenang," ujar Mao Ning.
Baca juga: Memanas, China Bantah Tuduhan AS Lakukan Penipuan Ekonomi
China mengekspor barang ke AS senilai sekitar 440 miliar dolar AS setiap tahun. Saat ini, tarif rata-rata untuk produk China di AS telah meningkat menjadi 39 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan 3 persen saat Trump pertama kali menjabat delapan tahun lalu.
Sebagai respons terhadap kebijakan AS, China mulai memberlakukan tarif pada produk pertanian AS sejak 10 Maret 2025. Tarif sebesar 15 persen dikenakan pada komoditas seperti ayam, gandum, dan jagung, sementara produk seperti kacang kedelai, daging babi, daging sapi, dan buah-buahan dikenakan tarif 10 persen.
Sebelumnya, pada Februari 2025, China juga telah menerapkan tarif 10 persen pada impor gas alam, batu bara, dan peralatan pertanian dari AS.
Baik Beijing maupun Washington mengisyaratkan kemungkinan kompromi, setelah Menteri Perdagangan China menyatakan bahwa pihaknya telah mengundang perwakilan AS untuk berdiskusi. Sementara itu, bulan lalu, Trump menyebut bahwa kesepakatan dagang baru dengan China "mungkin saja terjadi."
(Sumber: Antara)