Ntvnews.id, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali mengundang kontroversi dengan kebijakan pendanaan terbarunya.
Melalui Undang-Undang (UU) pendanaan yang baru disahkan, Trump memerintahkan lembaga-lembaga pemerintah untuk menghentikan seluruh kegiatan yang tidak diwajibkan oleh hukum.
Kebijakan ini berdampak besar pada Badan Media Global AS (USAGM), yang menaungi berbagai media penyiaran internasional seperti Voice of America (VOA), Radio Free Europe, Radio Free Asia, serta Office for Cuba Broadcasting.
Baca Juga: Donald Trump Klaim Zelensky Ingin Lakukan Perundingan Damai Secepatnya
Sebagai akibat langsung dari keputusan ini, lebih dari 1.000 karyawan penuh waktu dari VOA dan Office for Cuba Broadcasting harus menerima pemberhentian sementara.
Tak hanya itu, Trump juga menghentikan kontrak pemerintah dengan lembaga penyiaran internasional swasta yang selama ini didanai oleh AS, seperti Radio Free Europe/Radio Liberty, Radio Free Asia, dan Middle East Broadcasting Networks.
Arsip - Presiden AS, Donald Trump. (ANTARA/Anadolu)
Keputusan Trump ini menuai reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Direktur VOA, Michael Abramowitz. Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di akun Facebook pribadinya, Abramowitz mengungkapkan kekecewaannya.
"Saya sangat sedih karena untuk pertama kalinya dalam 83 tahun, Voice of America yang tersohor itu dibungkam," demikian pernyataan resminya.
Abramowitz, yang juga termasuk dalam 1.300 korban pemutusan hubungan kerja (PHK), mengakui bahwa VOA memang membutuhkan reformasi. Namun, menurutnya, kebijakan ini justru menghambat misi VOA dalam menyampaikan berita dan program budaya ke seluruh dunia.
Tak hanya Abramowitz, mantan Kepala Keuangan Badan Media Global AS, Grant Turnet, juga mengkritik keras keputusan ini. Ia menyebut pemutusan ribuan karyawan VOA sebagai ‘Sabtu Berdarah’ bagi lembaga pers dan jurnalisme internasional.
"Butuh waktu puluhan tahun untuk membangun niat baik ini dan audiensi ratusan juta orang setiap minggu. Melihat pembakar membakar semuanya sungguh mengerikan," ujarnya.
Di sisi lain, keputusan ini mendapat pembelaan dari Kari Lake, penasihat senior Trump yang juga merupakan mantan pembawa berita sekaligus loyalisnya. Menariknya, laporan NPR menyebut bahwa keputusan ini ditandatangani oleh Lake, bukan oleh kepala eksekutif sementara USAGM sebagaimana seharusnya.
Lake menyatakan bahwa USAGM telah menjadi lembaga yang “busuk” dan hanya membebani pajak rakyat Amerika. Oleh karena itu, ia bersikeras untuk mengecilkan lembaga tersebut sebisa mungkin sesuai dengan hukum yang berlaku.