Ntvnews.id, Jakarta - Jumlah warga Palestina yang meninggal akibat serangan militer Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza telah melampaui angka 50.000, menurut pernyataan resmi dari otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Minggu kemarin.
Dilansir dari Xinhua, Selasa, 25 Maret 2025, dalam kurun waktu 24 jam terakhir, sebanyak 41 jenazah serta 61 korban luka telah dievakuasi ke berbagai rumah sakit di wilayah Gaza. Dengan demikian, total korban tewas sejak konflik pecah pada awal Oktober 2023 kini mencapai 50.021 orang, sementara jumlah korban luka telah meningkat menjadi 113.274.
Sejak Israel melancarkan kembali serangan udara ke wilayah Gaza pada 18 Maret lalu, tercatat sedikitnya 673 warga telah kehilangan nyawa, dan 1.233 lainnya mengalami luka-luka, menurut data yang dikeluarkan otoritas kesehatan setempat.
Baca Juga: Indonesia Kecam Serangan Israel di Gaza yang Tewaskan Ratusan Warga Sipil
Masih pada hari Minggu kemarin, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengeluarkan peringatan bahwa blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel selama tiga minggu terakhir semakin memperburuk krisis kelaparan di Gaza.
"Tidak ada makanan, tidak ada obat-obatan, tidak ada air, tidak ada bahan bakar. Pengepungan lebih ketat daripada selama fase awal perang," tulis UNRWA melalui akun resmi mereka di media sosial X.
Badan tersebut juga menegaskan bahwa warga Gaza sepenuhnya bergantung pada impor untuk kebutuhan hidup mereka. Namun, anak-anak kini semakin rentan mengalami kelaparan dan terserang berbagai penyakit akibat masih terhambatnya bantuan kemanusiaan yang masuk.
Israel telah menghentikan seluruh pasokan bantuan ke wilayah Gaza sejak 2 Maret lalu, dengan alasan masalah keamanan.
Baca Juga: Punya KSAD Baru, Israel Bakal Tingkatkan Serangan di Gaza
Di sisi lain, Presiden Otoritas Palestina (PA), Mahmoud Abbas, pada hari Minggu mengecam keras tindakan Israel yang memanfaatkan kontrol atas akses air bersih sebagai "alat penyiksaan dan pemindahan." Ia menuduh langkah tersebut bertujuan melemahkan upaya pembangunan dan memperkuat cengkeraman pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
Pernyataan itu disampaikan Abbas dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh setiap tanggal 22 Maret.
Abbas juga menyerukan dilakukannya gencatan senjata segera, pembukaan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, serta penarikan pasukan Israel dari Gaza. Ia pun mengajak dukungan komunitas internasional untuk mendorong terwujudnya negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.