Ntvnews.id
“Saya sudah diberi tahu. Alhamdulillah, bulan Ramadan, saya tidak perlu tunggu waktu lima detik saya jawab, ‘No!’” kata Anwar.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengungkapkan bahwa diskusi mengenai penyelesaian serangan siber terhadap Malaysia Airports Holdings Berhad (MAHB) telah berlangsung dalam satu hingga dua hari terakhir. Pembahasan tersebut mencakup tuntutan peretas yang meminta tebusan sebesar 10 juta dolar AS serta berbagai aspek terkait lainnya.
Anwar dengan tegas menolak permintaan tersebut, menekankan bahwa sebuah negara tidak akan bertahan jika pemimpinnya maupun sistem yang ada tunduk pada tekanan dari pelaku kejahatan dan pengkhianat, baik dari dalam negeri maupun pihak asing.
Baca juga: Malaysia Mau Cari Lagi Bangkai Pesawat MH370 yang Hilang 11 Tahun
Meskipun menyadari adanya risiko dalam menyampaikan informasi ini kepada publik, ia merasa perlu untuk mengungkapkannya. Menurutnya, diperlukan sistem keamanan siber yang lebih canggih serta tambahan anggaran bagi Polisi Kerajaan Malaysia (PDRM), sektor perbankan, dan negara secara keseluruhan guna memperkuat kesiapsiagaan menghadapi ancaman siber.
Lebih lanjut, Anwar menegaskan pentingnya mengambil sikap yang tepat dan bijaksana dalam menyikapi situasi ini. Ia ingin memberikan contoh bagaimana menghadapi ancaman secara rasional tanpa tunduk pada tekanan. Ia juga mengingatkan bahwa menyerah bukanlah pilihan dalam menghadapi tantangan semacam ini.
“Sebab bila kita tunjukkan kelemahan kita, negara tidak akan punya kendali. Kita bisa bersabar menghadapi kritik, tapi tidak boleh lengah terhadap benih-benih rasuah, penyelundupan, pengkhianatan, ataupun pembawa permusuhan antar ras dan agama,” kata Anwar.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengungkapkan insiden serangan siber tersebut dalam pidatonya pada peringatan Hari Polisi ke-218 yang berlangsung di Pusat Latihan Polisi, Kuala Lumpur, dan dapat diakses secara daring.
(Sumber: Antara)