Wapres AS Tuduh Denmark Tak Jaga Greenland, Kok Bisa?

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 31 Mar 2025, 09:30
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Marco Tampubolon
Editor
Bagikan
Wakil Presiden AS JD Vance Wakil Presiden AS JD Vance (applenews.id/Pinterest)

Ntvnews.id, Washington DC - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance menuduh Denmark tidak cukup baik dalam menjaga keamanan Greenland. Ia menyatakan bahwa AS akan memberikan perlindungan lebih terhadap Greenland, wilayah semi-otonom Denmark, yang sebelumnya diincar oleh Presiden AS Donald Trump.

Dilansir dari Reuters, Senin, 31 Maret 2025, dalam kunjungannya ke pangkalan militer AS di Pituffik, utara pulau Arktik, Vance menegaskan bahwa AS belum memiliki rencana langsung untuk memperluas kehadiran militernya di daratan. Namun, ia menambahkan bahwa AS akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya, termasuk tambahan kapal angkatan laut.

Vance juga menegaskan komitmen AS dalam menghormati kedaulatan Greenland, tetapi ia mengisyaratkan bahwa wilayah tersebut akan mendapatkan manfaat lebih besar jika bermitra dengan AS. Menurutnya, Denmark belum mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk memastikan keamanan Greenland.

"Denmark belum mengimbangi dan mencurahkan sumber daya yang diperlukan untuk menjaga pangkalan ini, untuk menjaga pasukan kita, dan menurut pandangan saya, untuk menjaga orang-orang Greenland aman dari banyak serangan yang sangat agresif dari Rusia, dari China, dan negara-negara lain," kata Vance.

Baca Juga: Anggota Parlemen Prancis Minta Amerika Serikat Balikan Patung Liberty

Namun, ia tidak merinci lebih lanjut mengenai ancaman yang dimaksud. Trump sendiri pernah menegaskan bahwa AS memiliki kepentingan strategis untuk menguasai pulau tersebut, yang telah berada di bawah kendali Denmark sejak 1721.

Pernyataan tajam Vance terhadap Denmark, sekutu lama AS dan anggota NATO, semakin menunjukkan pendekatan pemerintahan Trump yang kurang memperhatikan aliansi tradisionalnya. Vance sendiri dikenal tidak segan dalam menyampaikan kritiknya.

Sebelumnya, dalam kunjungannya ke Eropa bulan lalu, ia mengkritik pejabat setempat mengenai kebebasan berbicara dan imigrasi ilegal. Ia juga menuduh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy kurang menunjukkan rasa terima kasih kepada Trump dalam pertemuan mereka di Gedung Putih.

Di Greenland, Vance menyatakan bahwa Rusia, China, dan negara-negara lain memiliki "minat yang luar biasa" terhadap jalur perairan Arktik, rute angkatan laut, serta sumber daya mineral di wilayah tersebut.

Ia menegaskan bahwa AS akan meningkatkan investasi, termasuk menambah kapal angkatan laut dan kapal pemecah es militer yang akan memperkuat kehadiran AS di kawasan itu. Menanggapi kekhawatiran masyarakat Greenland terhadap kunjungan ini, Vance berjanji bahwa penduduk Greenland akan tetap memiliki "penentuan nasib sendiri" dan bahwa AS akan tetap menghormati kedaulatannya.

Baca Juga: PHK Besar Landa Amerika Serikat

"Saya pikir mereka pada akhirnya akan bermitra dengan Amerika Serikat. Kita dapat membuat mereka jauh lebih aman. Kita dapat melakukan lebih banyak perlindungan. Dan saya pikir mereka juga akan jauh lebih baik secara ekonomi," ujarnya.

Selama kunjungannya, Vance juga bertemu dengan anggota angkatan bersenjata AS dan menyampaikan apresiasi atas pengabdian mereka di pangkalan terpencil yang berjarak 1.200 km di utara Lingkaran Arktik. Suhu di Pituffik saat itu tercatat minus 19°C.

Ia didampingi oleh istrinya, Usha, penasihat keamanan nasional Mike Waltz, dan Menteri Energi Chris Wright. Berdasarkan perjanjian tahun 1951, AS memiliki hak untuk mengunjungi pangkalan tersebut kapan pun dengan syarat memberi tahu Greenland dan Kopenhagen.

Pituffik sendiri terletak di jalur terpendek dari Eropa ke Amerika Utara, menjadikannya lokasi strategis bagi sistem peringatan rudal balistik AS. Selain itu, Greenland memiliki kekayaan sumber daya mineral, minyak, dan gas alam, tetapi pengembangannya masih lambat. Investasi AS dalam sektor pertambangan di wilayah ini pun masih terbatas, dengan perusahaan dari Australia, Kanada, dan Inggris mendominasi sektor tersebut.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Greenland memiliki cadangan mineral tanah jarang dalam jumlah besar, yang berpotensi menjadi aset penting bagi perekonomian AS di masa depan.

Pernyataan ini disampaikan hanya beberapa jam setelah sebuah koalisi pemerintahan baru di Greenland mempresentasikan kebijakan mereka yang bertujuan untuk menjaga hubungan dengan Denmark. Perdana Menteri baru Greenland, Jens-Frederik Nielsen, menilai kunjungan AS ini menunjukkan "kurangnya rasa hormat", sementara para pemimpin Denmark menegaskan komitmen mereka terhadap Greenland.

"Selama bertahun-tahun kami telah berdiri berdampingan dengan Amerika dalam situasi yang sangat sulit. Oleh karena itu, deskripsi Wakil Presiden tentang Denmark tidak adil," kata Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, dalam pernyataannya kepada kantor berita Denmark, Ritzau.

Menteri Luar Negeri Denmark, Lars Lokke Rasmussen, juga menanggapi kritik Vance. Ia menyebutkan bahwa saat ini AS hanya memiliki pangkalan dengan 200 tentara di Greenland, sementara selama Perang Dingin, AS memiliki 17 instalasi militer di wilayah itu dengan total 10.000 tentara.

Di tengah kunjungan Vance, Trump memberikan pernyataan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa AS memerlukan Greenland demi stabilitas global.

"Kita membutuhkan Greenland, yang terpenting, untuk keamanan internasional. Kita harus memiliki Greenland. Ini bukan pertanyaan, apakah menurut Anda kita bisa hidup tanpanya? Kita tidak bisa," kata Trump.

Ia juga menegaskan bahwa perairan Greenland dipenuhi kapal-kapal dari China dan Rusia. Menurutnya, AS tidak akan bergantung pada Denmark atau negara lain untuk menangani situasi tersebut.

x|close