China Tegaskan Tak Mau Perang Dagang, Tapi Gak Takut Hadapi Tekanan AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 11 Apr 2025, 13:22
thumbnail-author
Katherine Talahatu
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin (3/3/2025). Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin (3/3/2025). (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah Tiongkok menegaskan tidak menginginkan terjadinya perang dagang, namun tidak akan gentar jika harus menghadapinya.

Pernyataan ini disampaikan sebagai respons atas keputusan Amerika Serikat yang menerapkan tarif impor tinggi terhadap produk asal China, yang dinilai merugikan rakyat Tiongkok.

"China tidak ingin berperang, tetapi tidak takut. Kami tidak akan tinggal diam ketika hak dan kepentingan sah rakyat China dirugikan atau ketika rezim perdagangan multilateral dirusak. Jika AS bertekad untuk berperang tarif dan perdagangan, respon China akan terus berlanjut sampai akhir,"  ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing, Kamis, 10 April 2025.

Pernyataan tegas tersebut dilontarkan setelah mantan Presiden AS, Donald Trump, pada Rabu, 9 April 2025 sore waktu setempat, mengumumkan penundaan selama 90 hari terhadap kebijakan tarif timbal balik yang sebelumnya ditujukan kepada lebih dari 75 negara mitra dagang AS. 

Meski demikian, Trump justru memperketat kebijakan terhadap Tiongkok dengan menaikkan tarif impor menjadi 125 persen.

"Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan China terhadap pasar dunia, saya dengan ini menaikkan tarif yang dikenakan Amerika Serikat terhadap China menjadi 125 persen, berlaku segera," tulis Trump melalui unggahan di akun media sosial X (Trump Social). 

Baca juga: Makin Panas! Trump Naikkan Tarif Impor China Jadi 145 Persen

Kebijakan ini menggantikan rencana awal yang menjadwalkan kenaikan tarif impor menjadi lebih dari batas dasar 10 persen pada Rabu, 9 April 2025.

Lin Jian juga menyampaikan kritik tajam terhadap pendekatan sepihak AS dalam kebijakan perdagangan global. Menurutnya, tindakan tersebut berpotensi memicu penolakan luas dari komunitas internasional.

"Jika AS mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kebaikan publik masyarakat internasional dan mengorbankan kepentingan semua negara demi hegemoninya sendiri, AS pasti akan menghadapi tentangan yang lebih kuat dari masyarakat internasional," tambah Lin Jian. 

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menegaskan bahwa negaranya akan mengambil langkah balasan yang diperlukan terhadap tekanan dan intimidasi dari Amerika Serikat. Langkah tersebut, menurutnya, bertujuan menjaga kedaulatan nasional, keamanan, serta kepentingan pembangunan dalam negeri.

Tak hanya itu, China juga ingin menegakkan keadilan dan kesetaraan global, serta melindungi rezim perdagangan multilateral dan kepentingan bersama masyarakat internasional.

"Tujuan yang adil didukung oleh banyak orang. Langkah Amerika yang melawan tren zaman tidak akan mendapat dukungan dan berakhir dengan kegagalan,"  tegas Lin Jian.

Terkait potensi negosiasi tarif dengan Amerika Serikat, Lin Jian menyampaikan bahwa hal tersebut hanya akan mungkin terjadi jika AS menunjukkan kesediaan untuk bersikap setara, saling menghormati, dan mengedepankan prinsip saling menguntungkan.

"AS masih menyalahgunakan tarif terhadap China, kami dengan tegas menolak dan tidak akan pernah menerima tindakan hegemonik dan intimidasi tersebut. Jika AS memutuskan untuk hanya peduli dengan kepentingan AS sendiri, China, dan seluruh dunia, dan bertekad untuk melawan perang tarif dan dagang, respon China pun akan terus berlanjut sampai akhir," tegasnya.

Lebih lanjut, Lin Jian menyoroti bahwa memburuknya relasi bilateral China-AS telah berdampak negatif terhadap hubungan antarmasyarakat serta mengganggu kerja sama di berbagai bidang. Kendati demikian, China tetap berkomitmen untuk melindungi hak dan kepentingannya secara sah.

"Hal ini telah menghambat pertukaran dan kerja sama antara kedua negara di berbagai bidang, tapi China akan terus mengambil langkah-langkah kuat untuk melindungi hak dan kepentingannya sendiri yang sah," ucap Lin Jian.

Sementara itu, dalam pernyataan terbarunya di akun Truth Social, mantan Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa penundaan tarif diberlakukan karena sejumlah negara telah menjalin komunikasi aktif dengan mitra dagangnya di AS untuk mencari solusi atas berbagai isu perdagangan, termasuk hambatan tarif, manipulasi mata uang, serta tarif non-moneter.

"Saya telah mengesahkan PAUSE (penangguhan) selama 90 hari dan menetapkan tarif timbal balik yang jauh lebih rendah, sebesar 10 persen, yang juga berlaku segera,"  ungkap Trump.

Ia juga melontarkan kritik terhadap praktik dagang Tiongkok yang menurutnya tidak lagi bisa ditoleransi. 

Baca juga: China Keluarkan Travel Warning ke AS

"Suatu saat nanti, semoga dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa masa-masa menipu Amerika Serikat dan negara-negara lain sudah tidak dapat diterima dan tidak bisa dipertahankan lagi," tambahnya.

Tak lama setelah pengumuman tersebut, bursa saham Wall Street melonjak tajam. Indeks Dow Jones naik 7,69 persen, Nasdaq menguat 12,16 persen, dan indeks Russell 2000 tumbuh 8,66 persen. Imbal hasil obligasi AS (US Treasury) pun menunjukkan pemulihan, kembali stabil dari sebelumnya di kisaran 4 persen di tengah meredanya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

Sebagai bentuk balasan, mulai Kamis, 10 April 2025 pukul 12.00 waktu setempat, China resmi memberlakukan tarif baru sebesar 84 persen terhadap berbagai produk asal Amerika Serikat. Kebijakan ini diumumkan oleh Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara.

Selain itu, China telah mengajukan gugatan terhadap AS kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menyusul kebijakan tarif sepihak era Trump yang dinilai berpotensi merusak tatanan perdagangan global. Beijing menuduh Washington telah melanggar prinsip-prinsip WTO dan melemahkan sistem perdagangan multilateral.

China juga mendorong Sekretariat WTO untuk meneliti dampak kebijakan tarif timbal balik terhadap pasar global dan segera melaporkannya kepada seluruh negara anggota.

"Situasi tersebut, telah meningkat secara berbahaya. Sebagai salah satu anggota yang terdampak, China menyampaikan keprihatinan mendalam dan penolakan tegas terhadap langkah sembrono ini," demikian isi pernyataan resmi China kepada WTO. 

(Sumber: Antara) 

TERKINI

Aljazair Usir Belasan Pejabat Prancis, Kenapa?

Luar Negeri Selasa, 15 Apr 2025 | 08:00 WIB

15 Jenazah Pendulang Emas yang Dibunuh KKB Berhasil Dievakuasi

Nasional Selasa, 15 Apr 2025 | 07:22 WIB

Nekat! Perampok Gasak SPBU, Satu Warga Kena Tembak

Nasional Selasa, 15 Apr 2025 | 07:22 WIB

Peru dalam Keadaan Darurat!

Luar Negeri Selasa, 15 Apr 2025 | 07:00 WIB

Mahasiswa Indonesia Ditahan Imigrasi AS

Luar Negeri Selasa, 15 Apr 2025 | 06:00 WIB

Prabowo Ungkap Sudah Bersahabat Sejak Muda dengan Raja Yordania

Luar Negeri Selasa, 15 Apr 2025 | 05:30 WIB
Load More
x|close