Tarif Impor AS Jadi Sorotan, Rapat WTO Diwarnai Kritik Tajam

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 11 Apr 2025, 20:02
thumbnail-author
Katherine Talahatu
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Kebijakan tarif impor yang diterapkan Amerika Serikat menuai gelombang kritik dalam rapat Dewan Perdagangan Barang Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sekitar 20 negara anggota menyampaikan keberatannya terhadap langkah yang dinilai merusak tatanan perdagangan global.

"Setidaknya 20 delegasi menyatakan kritik mereka terhadap Amerika Serikat," ungkap seorang sumber yang dekat dengan lingkungan WTO, Jumat, 11 April 2025.

Menurut sumber tersebut, sejumlah negara yang secara terbuka menyuarakan protesnya mencakup China, Swiss, Norwegia, Kazakhstan, Selandia Baru, Inggris, Australia, Singapura, Kanada, dan Jepang.   

"Rusia juga menyampaikan pernyataan mereka terkait hal ini," menurut sumber tersebut.

Amerika Serikat memilih tidak memberikan tanggapan lebih lanjut terhadap kritik China terkait kebijakan tarif impornya. Menurut sumber yang mengetahui jalannya pertemuan, pihak AS menyatakan bahwa permasalahan tersebut telah diajukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sehingga tidak akan dikomentari secara terbuka.

Pada Kamis, 10 April 2025, seorang sumber berbeda mengungkapkan bahwa dalam rapat Dewan Perdagangan Barang WTO, delegasi China menyampaikan keprihatinan serius terhadap dampak kebijakan tarif AS terhadap perekonomian global. China menilai bahwa kebijakan tersebut telah menciptakan “ketidakpastian besar” bagi dunia usaha dan negara-negara lainnya.  

Baca juga: Tarif Trump Naik Terus, China Resmi Batasi Impor Film Hollywood

Presiden Amerika Serikat Donald Trump.  <b>(Antara/Anadolu/py)</b> Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Antara/Anadolu/py)

Delegasi China menyoroti dampak serius dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat yang dinilai memicu ketidakstabilan global. Mereka menegaskan bahwa setiap hari "terjadi disrupsi baru yang mengganggu stabilitas yang amat diandalkan baik oleh semua bisnis maupun negara" akibat kebijakan tersebut.

Kritik ini mencuat tak lama setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Rabu, 2 April 2025 lalu menandatangani perintah eksekutif yang menetapkan pemberlakuan tarif impor "resiprokal" terhadap puluhan negara.

Selain itu, Trump juga menetapkan tarif dasar sebesar 10 persen terhadap berbagai produk impor sebagai bagian dari upaya menekan defisit perdagangan AS. 

Sejak 9 April, puluhan negara dihadapkan pada ancaman tarif "resiprokal" dari Amerika Serikat, yang dihitung semata-mata berdasarkan besarnya defisit perdagangan yang dialami AS terhadap masing-masing negara. Langkah ini diambil Presiden Donald Trump sebagai upaya untuk menekan dan menghilangkan defisit dagang yang selama ini dianggap merugikan ekonomi negaranya.

Namun, secara mengejutkan, tepat pada hari penerapan tarif resiprokal tersebut, Trump mengumumkan bahwa selama 90 hari ke depan, AS hanya akan memberlakukan tarif dasar sebesar 10 persen.

Ia menyatakan bahwa lebih dari 75 negara yang sedianya terdampak tarif tidak mengambil langkah balasan dan meminta negosiasi.

Meski begitu, ketegangan perdagangan antara AS dan China terus meningkat. Pemerintah AS secara bertahap menaikkan tarif impor terhadap produk asal China hingga mencapai 145 persen. Sebagai balasan, China pun menerapkan tarif impor terhadap produk AS sebesar 84 persen.  (Sumber: Antara)

x|close