Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah China akan menaikkan tarifnya atas barang-barang Amerika Serikat (AS) hingga 125 persen setelah perang dagang antara dua negara memanas.
Komisi Tarif Dewan Negara China mengatakan tarif baru sebesar 125 persen pada barang-barang AS akan mulai berlaku hari Sabtu, hampir menyamai tingkat tarif yang mengejutkan sebesar 145 persen yang dikenakan pada barang-barang China yang masuk ke Amerika.
Seorang juru bicara Kementerian Perdagangan mengatakan Amerika Serikat bertanggung jawab penuh atas hal ini.
Kemudian Kementerian Keuangan Cina menyampaikan bahwa tarif tersebut tidak akan naik lagi.
"Tidak ada kemungkinan penerimaan pasar untuk barang-barang AS yang diekspor ke China," seperti dikutip dari AFP, Jumat 11 April 2025.
Baca juga: Saat Salju Ankara Mengantar Keberangkatan Presiden Prabowo ke Antalya
China juga mengatakan akan mengajukan gugatan hukum kepada Organisasi Perdagangan Dunia atas putaran pungutan terbaru yang diumumkan oleh Trump.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mulai memberlakukan tarif impor yang jauh lebih tinggi terhadap produk-produk asal China, yang secara resmi berlaku pada Kamis, 10 April 2025.
Pemerintah AS melalui Gedung Putih menjelaskan bahwa jika dijumlahkan, total tarif yang dikenakan terhadap China dapat mencapai angka 145 persen.
Sebelumnya, Gedung Putih sempat mengumumkan akan menunda penerapan tarif resiprokal selama tiga bulan. Namun, Presiden Trump justru meningkatkan tekanan dengan menetapkan tarif baru sebesar 125 persen atas barang-barang dari China.
Baca juga: Viral Bahlil Naik Jet Pribadi, Netizen Singgung Prabowo Sedih Menterinya Belum Dapat Mobil Dinas
Selain itu, ia menambahkan tarif sebesar 20 persen yang sudah dikenakan sejak awal tahun, berkaitan dengan dugaan keterlibatan China dalam distribusi Fentanyl.
Dengan kenaikan ini, beban tarif atas produk China yang diberlakukan pada 2025 melonjak menjadi total 145 persen.
Angka ini merupakan kombinasi dari tarif baru 125 persen ditambah tarif 20 persen yang sebelumnya telah diterapkan sebagai reaksi terhadap krisis fentanyl.