Ntvnews.id, Jakarta - Putri dari Menteri Permukiman dan Misi Nasional ‘Israel’, Orit Strook, secara terbuka mengungkap bahwa ia menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh kedua orang tuanya serta saudara laki-lakinya saat masih kanak-kanak
“Hai, saya ingin berbagi sesuatu setelah sekian lama menyimpannya. Nama saya Shoshana Strook, dan saya pernah mengalami pelecehan seksual oleh kedua orang tua saya saat masih kecil. Pelecehan seksual itu direkam, yang artinya digunakan untuk pornografi anak,” kata Shoshana Strook dalam sebuah video yang dibagikan di media sosial.
“Saya merasa kewalahan, saya mengajukan pengaduan polisi terhadap orang tua saya sebelum saya meninggalkan negara ini,” sambungnya.
Menurut laporan, Strook saat ini berada di Italia dan berharap dapat menemukan “tempat di mana ia dapat memperoleh keamanan.”
Baca Juga: Kemdiktisaintek Ajak Kampus Bentuk Satgas PPKS sebagai Langkah Pencegahan Kekerasan Seksual
Salah satu anak laki-laki dari Orit Strook, Zviki Strook, pernah dijerat dakwaan atas penculikan dan penyiksaan terhadap seorang remaja Palestina berusia 15 tahun pada tahun 2007, sebagaimana dilaporkan oleh Quds News Network (QNN).
Bersama rekannya, Zviki memukuli remaja tersebut, menelanjanginya, lalu meninggalkannya dalam keadaan terikat di sebuah ladang. Korban berhasil melarikan diri beberapa jam kemudian dalam kondisi luka parah.
Masih dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa Zviki juga menendang seekor kambing yang baru lahir hingga mati saat insiden berlangsung. Ia dijatuhi hukuman penjara dua setengah tahun, namun dibebaskan sembilan bulan lebih awal dari masa tahanannya.
Baca Juga: Guru Besar Farmasi UGM Dipecat Gegara Kasus Kekerasan Seksual
Orit Strook sendiri merupakan anggota partai sayap kanan Jewish Power dan dikenal sebagai pendukung keras permukiman Yahudi ilegal ‘Israel’ di wilayah Tepi Barat yang diduduki, serta menyerukan aneksasi terhadap wilayah tersebut termasuk Yerusalem Timur.
Dalam wawancaranya dengan surat kabar ‘Israel’ Yedioth Ahronoth pada November 2024, yang dikutip kantor berita Anadolu, Strook—yang tinggal di permukiman ilegal—menghindari memberikan penjelasan rinci soal nasib warga Palestina di Tepi Barat pasca aneksasi.
Namun ia menyatakan bahwa “setiap orang memang berhak atas hak asasi manusia, tetapi hak nasional atas tanah ini hanya dimiliki oleh orang-orang ‘Israel’.”