Kenapa AS Cabut Visa Ratusan Mahasiswa Asing?

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Apr 2025, 06:05
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Bendera Amerika Serikat/ist Bendera Amerika Serikat/ist

Ntvnews.id, Washington DC - Gelombang pencabutan visa terhadap ratusan mahasiswa dan peneliti asing di Amerika Serikat tanpa penjelasan yang jelas menimbulkan keprihatinan. Langkah ini terjadi di tengah penerapan kebijakan imigrasi yang semakin ketat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

Dilansir dari CNN International, Senin, 14 APril 2025, yang merujuk pada dokumen pengadilan, pernyataan pengacara, serta pengumuman dari lebih dari 80 institusi pendidikan tinggi di AS, mengungkapkan bahwa lebih dari 525 visa milik mahasiswa, dosen, dan peneliti telah dibatalkan sepanjang tahun ini.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, bulan lalu menyatakan bahwa departemennya telah mencabut lebih dari 300 visa, yang sebagian besar adalah visa pelajar.

Awalnya, perhatian publik tertuju pada kasus-kasus yang melibatkan tuduhan dukungan terhadap kelompok teroris, seperti penangkapan Mahmoud Khalil usai aksi protes pro-Palestina di Universitas Columbia. Namun, kini makin banyak kasus ancaman deportasi terhadap mahasiswa asing yang muncul akibat pelanggaran kecil di masa lalu—bahkan dalam beberapa kasus, tanpa alasan yang jelas, menurut sejumlah pengacara imigrasi.

Baca Juga: Amerika Serikat Cabut Semua Visa Warga Negara di Afrika Ini, Kenapa?

Target dari kebijakan keras ini kebanyakan adalah warga asing yang terafiliasi dengan universitas-universitas ternama di AS. Fenomena ini terjadi di tengah sikap tegas pemerintahan Trump terhadap imigran, termasuk penggunaan wewenang untuk menyatakan seseorang sebagai anggota geng dan langsung mendeportasinya tanpa proses pengadilan.

"Instrumen dalam hukum imigrasi memang sudah lama ada, tapi saat ini digunakan dengan cara yang memicu ketakutan massal, kekacauan, dan tekanan psikologis, dengan harapan mahasiswa asing menyerah dan meninggalkan AS tanpa perlawanan hukum," ujar Jeff Joseph, Presiden terpilih Asosiasi Pengacara Imigrasi Amerika.

Salah satu kasus terbaru yang menjadi perhatian adalah penahanan Kseniia Petrova, warga Rusia yang bekerja sebagai peneliti di Harvard Medical School. Ia ditahan setelah membawa embrio katak yang dinilai tidak berbahaya ke AS dari Prancis tanpa mendeklarasikannya di formulir bea cukai. Alih-alih dijatuhi denda administratif, visa pertukaran miliknya dicabut dan ia langsung ditahan.

Baca Juga: AS Periksa Medsos Pemohon Visa, Kritik Israel Auto Ditolak Masuk

Pengacara Petrova, Greg Romanovsky, menilai penahanan tersebut sebagai hukuman yang tidak proporsional. Ia menegaskan bahwa tindakan kliennya tidak disengaja dan terjadi karena kelalaian semata.

Ketika dimintai keterangan, Departemen Keamanan Dalam Negeri menolak memberi komentar kepada CNN. Namun, dalam pesan kepada ABC News, mereka menyebut bahwa pesan-pesan yang ditemukan di ponsel Petrova menunjukkan niat untuk menyelundupkan bahan tersebut tanpa mendeklarasikannya secara resmi.

Saat ini, Petrova ditahan di fasilitas Imigrasi dan Bea Cukai di negara bagian Louisiana dan dijadwalkan menghadiri sidang pada 9 Juni mendatang. Sidang tersebut bisa menentukan apakah ia akan dideportasi kembali ke Rusia.

Romanovsky juga menyampaikan kekhawatirannya bahwa Petrova bisa menjadi target penangkapan karena sikapnya yang terang-terangan mengkritik invasi Rusia ke Ukraina.

“Penahanan ini sama sekali tidak perlu dan sangat tidak adil,” tegasnya.

x|close