Ntvnews.id, Washington DC - Seorang remaja asal Wisconsin, Amerika Serikat, diduga membunuh kedua orang tuanya demi memperoleh kebebasan dan dana untuk melancarkan rencana membunuh Presiden Donald Trump serta menggulingkan pemerintahan AS.
Remaja bernama Nikita Casap yang berusia 17 tahun itu juga diketahui pernah menuliskan pujian terhadap mantan pemimpin Nazi, Adolf Hitler.
Dilansir dari ABC News, Senin, 14 April 2025, Casap ditangkap pada bulan Maret lalu dan dikenai dua dakwaan pembunuhan tingkat pertama serta dua dakwaan atas upaya menyembunyikan jenazah.
Pihak berwenang di Waukesha County juga menambahkan bahwa Casap menghadapi dakwaan tambahan, termasuk pencurian properti bernilai lebih dari USD 10.000 (sekitar Rp 168 juta) serta penyalahgunaan identitas untuk memperoleh uang.
Baca Juga: Napi Kasus Pembunuhan Disuntik Mati
Berdasarkan dokumen pengadilan, penyelidik kini tengah menelusuri kemungkinan dakwaan federal terhadap Casap, termasuk dugaan konspirasi pembunuhan terhadap presiden dan upaya menggunakan senjata pemusnah massal.
Mayat ayah tiri Casap, Donald Mayer (51), serta ibunya, Tatiana Casap (35), ditemukan di kediaman mereka oleh petugas dari Kantor Sheriff Waukesha County pada 1 Maret lalu.
Surat perintah penggeledahan yang dikeluarkan oleh pihak sheriff mengungkap bahwa dalam ponsel milik Casap ditemukan materi terkait kelompok ekstremis “The Order of Nine Angles”, sebuah jaringan berpaham ekstrem kanan dengan ideologi Nazi yang rasis.
FBI turut menelusuri dokumen yang diyakini ditulis oleh Casap, yang berisi seruan pembunuhan terhadap Trump dan ajakan untuk melakukan revolusi demi “menyelamatkan ras kulit putih”.
Dokumen pengadilan juga mencatat adanya gambar Adolf Hitler disertai dengan tulisan “HAIL HITLER HAIL THE WHITE RACE HAIL VICTORY” yang diduga dibuat oleh Casap.
Baca Juga: Keluarga Desak TNI AL Selidiki Cairan Mirip Sperma di Kelamin Korban Pembunuhan Jurnalis
“Dia menjalin komunikasi dengan individu lain mengenai rencananya untuk membunuh Presiden dan menggulingkan pemerintah Amerika Serikat. Ia juga menggunakan sebagian uangnya untuk membeli drone serta bahan peledak, yang rencananya akan dijadikan senjata pemusnah massal dalam serangan,” tulis penyelidik dalam dokumen pernyataan federal.
“Pihak lain yang diajak berkomunikasi oleh Casap tampaknya mengetahui rencana dan tindakannya, serta telah memberikan bantuan dalam mewujudkannya,” tambah pernyataan itu.
Casap hadir di pengadilan pada 9 April dalam sidang pendahuluan atas dakwaan negara bagian. Ia belum mengajukan pembelaan dan masih ditahan. Sidang lanjutan untuk dakwaan berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 7 Mei.