Gara-gara Trump, Turis AS Kini Sembunyikan Identitas Kenegaraannya

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 15 Apr 2025, 04:00
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi Paspor Ilustrasi Paspor (Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memberlakukan kebijakan yang lebih ketat, termasuk kebijakan yang berdampak luas terhadap sektor pariwisata global. Kini, wisatawan asal AS tidak lagi tampil percaya diri seperti sebelumnya—sebaliknya, banyak dari mereka merasa perlu menyembunyikan identitasnya.

Barbara dan Rick Wilson, pasangan lansia asal The Dalles, Oregon, tengah berlibur di Paris. Seharusnya liburan mereka menjadi momen menyenangkan, apalagi saat berjalan santai di bawah matahari musim semi di taman Tuileries yang bersejarah. Namun, kenyataannya tak seindah harapan. Mereka merasa harus menyamarkan identitas sebagai orang Amerika.

Rick (74) bahkan menggunakan selotip hitam kecil untuk menutupi simbol bendera AS di topi bisbolnya sebelum meninggalkan hotel. Menurutnya, itu adalah tindakan pencegahan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

“Kami benar-benar muak. Ini menyedihkan,” ujar Rick, sebagaimana dilansir BBC, Selasa, 15 April 2025.

Rasa malu itu, menurut pasangan tersebut, muncul karena kontroversi kebijakan tarif global yang diterapkan oleh Presiden Trump. Barbara (70) bahkan membawa pin berbentuk bendera Kanada yang ia terima dari turis lain—jika sewaktu-waktu ia perlu berpura-pura sebagai warga Kanada.

“Saya kecewa dengan negara kami. Kebijakan tarif itu benar-benar membuat kami frustrasi,” ungkap Barbara.

Baca Juga: Begini Cara Cek Status Permohonan Visa dan Izin Tinggal Indonesia

Pasangan lain asal AS yang berada di luar Museum Louvre juga memilih untuk tidak tampil mencolok. Chris Epps (56), seorang pengacara dari New York, memutuskan untuk tidak mengenakan atribut khas negaranya.

“Topi Yankees saya tinggal di hotel. Saya khawatir jika orang mengenali kami, mereka akan memperlakukan kami secara berbeda. Tapi sejauh ini, semuanya masih aman,” kata Chris.

Meski belum ada tanda-tanda penolakan langsung terhadap turis AS di Paris, ketegangan politik global belakangan ini telah menciptakan kesan bahwa hubungan antara Amerika dan Eropa sedang mengalami ketegangan serius. Hal ini pun memperkuat persepsi adanya pergeseran besar dalam dinamika internasional.

Walau masih dalam tahap awal, dampak dari kebijakan tersebut mulai terasa dalam berbagai bidang seperti pariwisata, akademik, dan hubungan antarnegara. Salah satunya dirasakan oleh Philippe Gloaguen, pendiri buku panduan wisata terkenal Prancis, Le Guide du Routard. Ia mengungkapkan bahwa penjualan panduan perjalanan ke AS menurun hingga 25% tahun ini.

Baca Juga: Trump Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina dari Kampus-Kampus Terkenal AS

“Para pembaca saya umumnya muda, terpelajar, dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Mereka tahu bagaimana mengenali tanda-tanda otoritarianisme, baik itu di Rusia, Tiongkok, atau bahkan kini di Amerika,” ujar Gloaguen.

Menurutnya, banyak warga Prancis kini memilih untuk tidak membelanjakan uang mereka di AS. Sebagai gantinya, buku panduan tentang destinasi lain seperti Kanada mengalami peningkatan penjualan.

Sinyal serupa juga terlihat dari industri perjalanan secara umum. Oxford Economics memprediksi penurunan hampir 9 persen dalam jumlah warga Prancis yang akan berkunjung ke AS sepanjang tahun 2025 dibanding tahun sebelumnya.

Sementara itu, survei terhadap ekspatriat Prancis di AS menunjukkan bahwa 78 persen dari mereka merasa sangat pesimis terhadap masa depan mereka di sana. Selain itu, sebanyak 73 persen responden di Prancis menyatakan bahwa mereka tidak lagi menganggap AS sebagai sekutu.

x|close