Bayang-bayang Kebijakan Trump, Turis Asing ke AS Alami Penurunan Drastis

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 16 Apr 2025, 09:20
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Bendera Amerika Serikat/ist Bendera Amerika Serikat/ist

Ntvnews.id, Canbera - Minat warga Australia untuk bepergian ke Amerika Serikat tampaknya terus mengalami penurunan sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden.

Berdasarkan laporan terbaru, tren ini diprediksi tidak hanya bersifat sementara, melainkan akan terus berlanjut sepanjang tahun.

Dilansir dari The Guardian, Rabu, 16 April 2025, data dari Administrasi Perdagangan Internasional AS menunjukkan bahwa pada Maret 2025 jumlah warga Australia yang mengunjungi Amerika mengalami penurunan sebesar 7% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.

Dengan kata lain, sekitar 4.500 orang lebih sedikit melakukan perjalanan ke AS. Penurunan ini menjadi yang paling signifikan sejak Maret 2021, saat pandemi Covid-19 masih membatasi mobilitas internasional.

Baca Juga: Imigrasi Bali Deportasi Turis AS yang Ngamuk di Sebuah Klinik

Tren penurunan ini ternyata tidak hanya berasal dari Australia. Wisatawan dari Eropa dan beberapa wilayah lain juga menunjukkan penurunan kunjungan. Bahkan, sejumlah negara memperbarui peringatan perjalanan mereka ke AS seiring meningkatnya ketegangan politik di negara tersebut.

Secara keseluruhan, kedatangan turis internasional ke Amerika Serikat pada bulan Maret menurun sebesar 11,6%.

Lembaga analisis pariwisata, Tourism Economics, mencatat bahwa penurunan ini melebihi skenario terburuk yang sebelumnya diperkirakan. Salah satu penyebab utamanya adalah pelemahan nilai tukar dolar Australia, yang membuat biaya perjalanan ke luar negeri, terutama ke AS, menjadi lebih mahal.

Namun, masalah bukan hanya soal biaya. Sejak awal tahun 2025, sejumlah kejadian di perbatasan AS juga memicu kekhawatiran di kalangan calon pelancong. Salah satunya adalah insiden yang dialami seorang warga Australia pemegang visa kerja yang ditahan dan dideportasi saat mencoba kembali ke AS. Ia mengaku mendapatkan perlakuan kasar dan penghinaan dari petugas perbatasan.

Selain itu, seorang komedian asal Australia membatalkan perjalanannya ke AS setelah menerima saran hukum bahwa lelucon-leluconnya tentang Trump di masa lalu bisa menjadi hambatan dalam proses imigrasi.

Peristiwa-peristiwa ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan akademisi dan profesional Australia. Banyak dari mereka kini memilih untuk tidak menghadiri konferensi di AS karena takut ditolak masuk atau mengalami perlakuan tidak menyenangkan di perbatasan.

Baca Juga: Viral Turis Mabuk Tenggelam dan Diselamatkan Tim SAR

Kekhawatiran juga dirasakan oleh warga Australia dengan identitas gender non-konvensional, yang kini dihadapkan pada prosedur visa yang lebih rumit setelah Trump memberlakukan kebijakan baru terkait isu gender.

James Kavanagh, Kepala Divisi Perjalanan Wisata Flight Centre, menyatakan bahwa AS masih menjadi destinasi favorit bagi warga Australia. Namun, ia juga menyoroti bahwa kondisi politik saat ini tidak bisa diabaikan.

"Kalau kita lihat kuartal pertama tahun ini dibandingkan tahun lalu, pemesanan ke Amerika Serikat memang sedikit turun. Tapi justru terlihat peningkatan cukup besar untuk wilayah Asia Timur dan Eropa Utara," jelasnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Chief Operating Officer Divisi Korporat Flight Centre, Melissa Elf. Ia mengatakan bahwa meskipun pelaku perjalanan bisnis dari Australia masih cukup aktif ke AS, ketidakpastian politik dan adanya kebijakan tarif perdagangan baru bisa mengubah arah preferensi bisnis.

"Banyak perusahaan mulai mempertimbangkan untuk memfokuskan bisnis mereka ke kawasan seperti Asia atau Timur Tengah," ujarnya.

x|close