PM Australia Bicara Isu Rusia Bangun Pangkalan Militer di Papua

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 16 Apr 2025, 11:40
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Lima, Peru. Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Lima, Peru. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Ntvnews.id, Jakarta - Isu kehadiran militer Rusia di wilayah timur Indonesia tengah jadi sorotan internasional. Media pertahanan ternama, Janes, melaporkan bahwa Rusia telah mengajukan permintaan kepada pemerintah Indonesia untuk menempatkan armada Angkatan Udara (VKS) di Biak, Papua.

Permintaan itu disebut-sebut disampaikan usai pertemuan antara Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Sergei Shoigu, pada Februari 2025.

Laporan tersebut menyebut bahwa Rusia ingin menggunakan Pangkalan Udara Manuhua, yang berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisiepo Biak, sebagai lokasi operasi bagi pesawat-pesawat jarak jauhnya.

“Pangkalan udara tersebut terletak di Biak Numfor di provinsi Papua, Indonesia, dan merupakan rumah bagi Skuadron Penerbangan 27 Angkatan Udara Indonesia, yang mengoperasikan armada pesawat pengintai CN235,” tulis Janes dalam laporannya pada Senin, 14 April 2025.

Meski tidak disebutkan jenis dan jumlah pesawat yang dimaksud, sumber Janes menyebut bahwa Rusia selama beberapa tahun terakhir telah beberapa kali mengajukan izin mendaratkan pembom strategis Tu-95 dan pesawat angkut berat Il-76 di Biak. Namun kabar ini langsung dibantah keras oleh Kementerian Pertahanan RI.

"Laporan tersebut salah," tegas Juru Bicara Kemhan RI, Frega Wenas, saat dimintai tanggapan yang dilansir pada Rabu, 16 April 2025. Ia menepis adanya rencana ataupun pembahasan soal penempatan armada udara Rusia di Papua.

Memanas di Tengah Kampanye Pemilu Australia

Ilustrasi Crew pesawat tempur RI jenis F-16 dari Skuadron 3 mengarahkan pesawat F-16 saat tiba di Lanud El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (3/8/2024). Sebanyak enam unit pesawat tempur RI tersebut tiba di Kupang setelah menjalani latihan Pitc <b>(ANTARA/Kornelis Kaha/aa.)</b> Ilustrasi Crew pesawat tempur RI jenis F-16 dari Skuadron 3 mengarahkan pesawat F-16 saat tiba di Lanud El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (3/8/2024). Sebanyak enam unit pesawat tempur RI tersebut tiba di Kupang setelah menjalani latihan Pitc (ANTARA/Kornelis Kaha/aa.)

Tak hanya ramai di Indonesia, isu ini juga mengguncang lanskap politik Australia. Situs berita Australia, ABC, menyebut Menteri Pertahanan Australia Richard Marles telah menghubungi Menhan RI dan menerima jaminan bahwa tidak ada pesawat Rusia yang akan diizinkan beroperasi dari wilayah Indonesia.

"Dia (Menteri Sjafrie) telah mengatakan kepada saya dengan sejelas-jelasnya, laporan tentang prospek pesawat Rusia yang beroperasi dari Indonesia sama sekali tidak benar," ujar Marles, sebagaimana dikutip ABC.

Letak geografis Papua yang hanya sekitar 1.200 kilometer dari Darwin lokasi pangkalan rotasi pasukan Marinir Amerika Serikat membuat kabar ini sensitif secara geopolitik. Apalagi, Australia sedang meningkatkan fasilitas pangkalan udaranya untuk mengakomodasi kehadiran strategis pesawat-pesawat tempur sekutu seperti AS.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pun turut angkat suara. Ia mengaku telah meminta klarifikasi resmi dari Indonesia terkait laporan Janes, yang muncul di tengah panasnya kampanye pemilu nasional.

"Kami jelas tidak ingin melihat pengaruh Rusia di wilayah kami," tegas Albanese dalam sebuah konferensi pers, menyikapi klaim lawan politiknya dari oposisi, Peter Dutton, yang mengangkat isu ini sebagai ancaman keamanan.

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menambahkan bahwa Indonesia adalah mitra strategis dalam menjaga stabilitas kawasan. Ia menggarisbawahi pentingnya kerja sama pertahanan yang telah disepakati kedua negara tahun lalu.

x|close