Gemerlap Cahaya Oriental Circus Indonesia hingga Pengakuan Luka yang Terbongkar

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 18 Apr 2025, 05:00
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Oriental Circus Indonesia (OCI) Taman Safari Oriental Circus Indonesia (OCI) Taman Safari (YouTube)

Ntvnews.id, Jakarta - Cahaya terang arena dan dentuman musik sirkus yang menghibur, seringkali tersembunyi cerita-cerita sunyi yang tak banyak diketahui. Seperti kisah Oriental Circus Indonesia (OCI), kelompok sirkus legendaris yang telah lama menjadi bagian dari industri hiburan Tanah Air selama lebih dari lima dekade.

Bagi generasi 1980-an hingga awal 2000-an, nama ini tentu tak asing. Di masa kejayaannya, OCI menjadi pertunjukan favorit yang dinantikan dari ujung barat Indonesia hingga wilayah timur seperti Maluku.

Rombongan OCI yang beranggotakan sekitar 70 kru rutin melakukan tur ke sedikitnya 15 kota setiap tahun. Setiap pertunjukan mereka bisa menarik hingga 1.500 penonton yang antusias menyaksikan akrobat, badut, hingga aksi menegangkan dari satwa liar seperti gajah dan harimau.

Namun, lambat laun sorotan itu memudar. OCI resmi menghentikan operasionalnya pada akhir 2019, tak hanya karena pergeseran tren hiburan dan perkembangan teknologi, tetapi juga akibat tekanan isu etika, biaya tinggi, serta kisah pilu dari para mantan anggota yang akhirnya terungkap ke publik.

Jejak Oriental Circus Indonesia tak lepas dari sosok Hadi Manansang, seorang seniman jalanan yang juga dikenal sebagai penjual obat tradisional. Sebelum era 1960-an, ia menggelar pertunjukan kecil di jalan berupa aksi salto, pertunjukan lempar trisula, hingga menancapkan besi ke dadanya.

Dari berbagai kota seperti Jakarta, Bogor, sampai Kediri, Hadi mulai menanamkan benih impiannya untuk menciptakan pertunjukan sirkus berskala besar. Pada tahun 1963, ia membentuk kelompok bernama Bintang Akrobat dan Gadis Plastik.

Tiga tahun setelahnya, lahirlah Oriental Show yang kemudian diresmikan menjadi Oriental Circus Indonesia pada 1972. Sejak saat itu, OCI dikenal luas sebagai pelopor sirkus modern di Tanah Air.

Pertunjukan dari Oriental Circus Indonesia menyuguhkan berbagai atraksi spektakuler seperti flying trapeze, sulap, juggling, hingga aksi hewan-hewan liar. Di era 1990-an, OCI bahkan merambah panggung internasional, tampil di negara-negara seperti China, Inggris, dan Amerika Serikat.

Masa itu dianggap sebagai periode emas bagi mereka. Namun ketika memasuki tahun 2010-an, pamor OCI mulai meredup. Meski sesekali masih menggelar pertunjukan di kota-kota seperti Surabaya, Medan, Solo, bahkan Pangkal Pinang, skala acaranya tak semeriah dulu. Isi pertunjukan pun mengalami perubahan tema.

Salah satu usaha mereka untuk tetap relevan terlihat pada pementasan “Hanoman The Dreamer” di Jakarta Utara pada 2016, yang merupakan kolaborasi dengan seniman Eropa.

Pengakuan Korban

Meski panggung mereka telah lama sunyi, kini muncul cerita lain yang lebih gelap. Pada hari Selasa, 15 April 2025, sejumlah mantan pemain perempuan dari OCI menghadap Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, untuk mengungkap kisah yang selama ini tersembunyi: tentang eksploitasi, kekerasan, hingga perlakuan tak manusiawi.

Beberapa di antara mereka mengaku mengalami tindakan kasar selama latihan dan penampilan di atas panggung. Mereka juga menyampaikan bahwa sering kali tidak menerima upah yang dijanjikan, harus bekerja dalam kondisi yang tak layak, dan hidup di bawah tekanan psikologis selama bertahun-tahun.

Salah satu dari mereka menyatakan, "Ada masa kami harus tampil walau sakit. Tak ada pilihan. Jika tidak, kami dianggap membangkang." Pengakuan-pengakuan ini membuka sisi lain dari sejarah Oriental Circus Indonesia sisi yang sebelumnya tersembunyi di balik kemegahan pertunjukan dan tepuk tangan penonton.

x|close