Alasan Trump Jadikan China Target Utama Perang Dagang

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 21 Apr 2025, 05:43
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Ilustrasi- Perang dagang Amerika Serikat dan China Ilustrasi- Perang dagang Amerika Serikat dan China (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Arah pasti dari kebijakan tarif Amerika Serikat masih belum dapat dipastikan. Namun, pemerintahan Trump secara jelas menargetkan Tiongkok sebagai sasaran utama dalam kebijakan perang dagangnya.

Meskipun beberapa barang elektronik konsumen kini dibebaskan dari tarif, yang sedikit menurunkan tarif rata-rata atas produk impor dari Tiongkok, tarif tersebut tetap berada di atas angka 100 persen—jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tarif awal tahun yang hanya sebesar 12,5 persen.

Menurut analisis dari Capital Economics, konsekuensi langsung dari kebijakan ini adalah meningkatnya beban biaya bagi konsumen di AS. Jika tarif ini tetap diberlakukan dalam jangka panjang, hal tersebut berpotensi memangkas volume perdagangan secara signifikan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Persaingan Strategis, Bukan Sekadar Perdagangan

Di balik ketegangan dagang ini, terdapat alasan yang lebih luas dari sekadar isu neraca perdagangan. Capital Economics menyebutkan bahwa perang tarif ini adalah bagian dari rivalitas geopolitik yang kian dalam antara Washington dan Beijing. Ketegangan ini telah mendorong kedua negara ke dalam konfrontasi yang lebih besar.

Baca Juga: Erick Thohir Sebut Timnas Indonesia Bakal Lakukan TC Jelang Lawan China dan Jepang

Persaingan ini berlangsung di tengah tren global menuju fragmentasi ekonomi. Dunia mulai terbagi menjadi dua kubu besar yang berpusat di sekitar AS dan Tiongkok. Perkembangan ini mulai mengubah arah rantai pasokan global, hubungan perdagangan, dan aliran investasi antarnegara.

“Dampaknya tidak selalu berupa penurunan volume perdagangan lintas negara, tetapi lebih kepada perubahan arah arus perdagangan,” tulis laporan dari lembaga riset ekonomi independen tersebut.

Laporan itu juga menyatakan bahwa dunia akan menghadapi fragmentasi rantai pasokan yang lebih besar, di mana sebagian konfigurasi produksi diarahkan untuk memenuhi pasar AS dan sebagian lainnya disesuaikan untuk Tiongkok.

Sebagai tanggapan, Beijing mulai memanfaatkan kendalinya atas pasokan mineral tanah jarang, yakni bahan penting yang digunakan dalam berbagai teknologi, dengan membatasi ekspornya ke AS. Langkah ini, terutama di negara-negara mitra Tiongkok seperti yang berada di Afrika dan Amerika Latin, berpotensi memperburuk disrupsi rantai pasokan global dan mendorong fluktuasi harga di pasar dunia.

Politik Modal dan Ketegangan yang Menguat

Selain perang dagang, dinamika investasi internasional juga semakin terpengaruh oleh faktor politik. AS mulai mendorong lebih banyak investasi dari negara-negara sekutunya, sembari membatasi masuknya modal dari Tiongkok.

Baca Juga: China Terapkan Standar Keselamatan Baterai Mobil Listrik Paling Ketat di Dunia: Tanpa Api, Tanpa Ledakan Mulai 2026

Dokumen kebijakan yang disebut "America First Investment Memorandum" secara eksplisit menyerukan peningkatan investasi dari sekutu, sembari menerapkan pembatasan bagi modal Tiongkok.

Meskipun biasanya terdapat perbedaan tajam dalam politik AS, dalam isu menghadapi Tiongkok, terdapat kesepakatan bipartisan di antara pembuat kebijakan. Capital Economics mencatat bahwa anggota parlemen dari berbagai partai sepakat bahwa Tiongkok perlu dihadapi secara tegas.

Dengan posisi Tiongkok yang melihat dirinya sebagai penyeimbang kekuatan global AS, persaingan antara kedua negara diperkirakan akan terus berlangsung terlepas dari siapa yang menjadi presiden AS berikutnya.

Capital Economics menambahkan bahwa prospek ke depan masih diliputi ketidakpastian. Salah satu risiko yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan AS kehilangan dukungan dari negara-negara sekutunya, yang dapat melemahkan posisi strategisnya. Risiko lainnya yang lebih serius adalah potensi konflik terbuka jika ketegangan terus meningkat.

TERKINI

Load More
x|close