Festival Tumpe Klawalu: Merayakan dan Merawat Warisan Budaya Moi di Kota Sorong

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 24 Apr 2025, 21:50
thumbnail-author
Adiansyah
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Suku Moi Suku Moi (Dok: Ntvnews.id)

Ntvnews.id, Jakarta - Di balik pesona alam Papua Barat Daya, terdapat warisan budaya yang kaya dan nyaris terlupakan—budaya Suku Moi. Sebagai penduduk asli di wilayah Kepala Burung Papua, masyarakat Moi telah lama hidup selaras dengan alam, mempraktikkan tradisi-tradisi lokal yang sarat makna dan nilai keberlanjutan. Namun kini, modernisasi dan urbanisasi mulai menggerus akar budaya tersebut.

Sejalan dengan berkembangnya Kota Sorong sebagai pusat aktivitas ekonomi dan pemerintahan, sebagian besar wilayah adat Suku Moi harus dikorbankan demi pembangunan.

Hutan yang dulu menjadi sumber pangan dan obat-obatan tradisional semakin menyempit. Akibatnya, masyarakat Moi perlahan-lahan meninggalkan cara hidup tradisional mereka.

Generasi muda pun kian terasing dari budayanya sendiri. Keterampilan membuat Noken, kerajinan tangan yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia, kini hanya dikuasai oleh segelintir orang tua.

Tradisi kuliner lokal, cerita rakyat (Dalmus), tarian Aluyen, dan nyanyian khas Kain Kla kian jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kekhawatiran pun muncul—akankah warisan ini punah dalam waktu dekat?

Suku Moi <b>(Dok: Ntvnews.id)</b> Suku Moi (Dok: Ntvnews.id)

Melihat ancaman tersebut, Komunitas Sinagi Papua mengambil langkah konkret untuk menyelamatkan identitas budaya Moi. Mereka percaya bahwa kehidupan berkelanjutan dan pangan berkualitas dapat dicapai melalui praktik-praktik budaya lokal. Maka lahirlah sebuah gerakan besar untuk membangkitkan kembali semangat kolektif masyarakat Moi—melalui Festival Tumpe Klawalu.

Nama "Tumpe Klawalu" sendiri sarat makna. "Tumpe" berarti berkumpul, sementara "Klawalu" merujuk pada sungai bersejarah di Kampung Klasaman, tempat awal mula masyarakat Moi menetap di wilayah yang kini menjadi Kota Sorong.

Festival ini bukan hanya selebrasi budaya, melainkan ajang penting untuk membangun kembali jati diri masyarakat Moi, memperkuat hubungan antargenerasi, serta menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri.

Digelar pada 23–27 April 2025 di Kampung Klasaman, Festival Tumpe Klawalu menghadirkan berbagai kegiatan menarik, di antaranya:

1. Lomba budaya tradisional; seperti membuat Noken, bercerita Dalmus, menyanyi Kain Kla, memasak pangan lokal, dan menulis resep khas.

2. Pertunjukan seni dan tari tradisional Moi yang menggugah semangat dan emosi penonton.

3. Bazaar UMKM lokal, sebagai upaya mendukung ekonomi kreatif masyarakat Klasaman.

4. Talkshow edukatif dengan tema “Budaya Moi dan Pemajuan Kebudayaan”, “Klasaman: Dulu, Kini, dan Nanti”, serta “Alam, Budaya, dan Pariwisata” yang menghadirkan tokoh adat, budayawan, pelaku pariwisata, dan komunitas pelestari alam.

Suku Moi <b>(Dok: Ntvnews.id)</b> Suku Moi (Dok: Ntvnews.id)

Sebagai puncak acara, tanggal 27 April akan diisi dengan pengumuman pemenang lomba dan atraksi Tumpe—ritual makan bersama sebagai simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat Moi.

Sebuah penutup yang tidak hanya hangat, tapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga budaya sebagai bagian dari identitas dan masa depan.

Festival Tumpe Klawalu menjadi momentum emas untuk membangun kembali kesadaran kolektif masyarakat Moi sekaligus mengedukasi publik luas tentang pentingnya pelestarian budaya lokal.

Untuk informasi terbaru dan rangkaian kegiatan selengkapnya, ikuti akun Instagram @festival_moi dan Facebook atas nama Tumpe Klawalu.

x|close