Ntvnews.id, Beijing - Pemerintah China secara resmi melayangkan protes keras setelah Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba usai memberikan persembahan ritual ke Kuil Yasukuni. Aksi ini diikuti pula oleh puluhan anggota parlemen Jepang yang mengunjungi kuil yang kerap menuai kontroversi di Tokyo.
Dilansir dari SCMP, Jumat, 25 April 2025, Kedutaan Besar China di Jepang mengecam tindakan Ishiba dan para anggota parlemen tersebut sebagai “penghinaan terbuka terhadap keadilan sejarah” serta menunjukkan pandangan keliru Jepang dalam menangani persoalan sejarah masa lalu.
Dalam pernyataan resminya, Kedubes China menilai Kuil Yasukuni sebagai “simbol spiritual dan instrumen militerisme Jepang dalam melakukan perang agresi.” Hal ini dikarenakan kuil tersebut menghormati 14 tokoh yang dihukum sebagai penjahat perang Kelas A atas kejahatan berat selama Perang Dunia II.
Baca Juga: Tragis! Kuil Setinggi 30 Meter Ambruk Saat Diarak di Festival Huskur India, 2 Orang Tewas
Persembahan dari Perdana Menteri Ishiba dikirim pada hari Senin, sementara kunjungan sekitar 70 anggota parlemen dari berbagai fraksi terjadi sehari setelahnya, bertepatan dengan dimulainya festival musim semi selama tiga hari.
Respon Korea Selatan
Dilansir dari Anadolu Agency, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan juga mengungkapkan “kekecewaan mendalam” terhadap langkah PM Ishiba serta para legislator yang mengunjungi kuil tersebut. Korea Selatan menilai tindakan itu memperburuk ketegangan diplomatik yang telah berlangsung lama di Asia Timur.
Kuil Yasukuni sendiri dibangun pada tahun 1869 oleh Kaisar Meiji sebagai tempat penghormatan bagi tentara Jepang yang gugur dalam berbagai perang sejak era Restorasi Meiji. Saat ini, kuil tersebut menjadi tempat penghormatan bagi sekitar 2,5 juta korban perang, termasuk 14 orang yang dinyatakan bersalah atas kejahatan perang pasca Perang Dunia II.
Baca Juga: Peresmian Kuil Murugan Jakarta Dihadiri Sejumlah Tokoh
Kunjungan para pejabat Jepang ke kuil itu secara rutin menimbulkan kontroversi, terutama dari Tiongkok dan Korea Selatan. Kedua negara tersebut menilai tindakan semacam itu sebagai bukti bahwa Jepang belum sepenuhnya mengakui dan bertanggung jawab atas agresi militernya di masa lalu.
Jepang sendiri pernah menjajah Semenanjung Korea dan melakukan invasi militer ke wilayah Tiongkok menjelang dan selama Perang Dunia II. Selain itu, sejumlah politisi konservatif Jepang kerap mendapat sorotan karena dianggap meremehkan pernyataan permintaan maaf yang pernah disampaikan pemerintah sebelumnya.