Ntvnews.id, Jakarta - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Muhammad Ali mengungkapkan, Indonesia maupun TNI AL belum memiliki sistem pendeteksi kapal selam asing. Saat ini, pihaknya telah mengajukan alat pendeteksi tersebut ke Kementerian Pertahanan (Kemhan).
"Pengawasan bawah laut kita belum memiliki sensor sama sekali, baru pengajuan ke Kementerian Pertahanan. Jadi harusnya ada fixed detect sonar, jadi yang dipasang di bawah laut, tapi kita belum memiliki," ujar Ali saat rapat dengan Komisi I DPR RI terkait keamanan laut (kamla), kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 28 April 2025.
Ali menjelaskan, pendeteksian ancaman dan pemantauan saat ini menggunakan Sistem Pusat Komando Angkatan Laut (Sispuskodal) Tahap I. Melalui sistem ini, aspek pengawasan jarak jauh mencapai 50 persen dan kawasan pesisir serta perairan teritorial 30 persen.
Tapi, sistem itu tak mencakup pengawasan bawah laut.
"Pengawasan bawah laut 0 persen, sehingga mungkin kelemahan kita di pendeteksi kapal selam asing yang melalui alat itu kita tidak bisa monitor. Pusat komando dan kendali terpadu 80 persen, analitik berbasis kecerdasan buatan 50 persen, dan sistem pendukung 80 persen," jelasnya.
Adapun integrasi pembangunan Sispuskodal tahap 1 saat ini meliputi peningkatan kemampuan server, integrasi 7 satuan kerja (satker) TNI AL, dan peningkatan kemampuan penginderaan jarak jauh dengan satelit.
"Kemudian perkembangan intelijen multimedia komunikasi, pengembangan intelijen sosial media analisis, dan peningkatan kemampuan tools monitoring dan analisis untuk memandu dan pengendalian TNI Angkatan Laut," papar dia.
Sebelumnya, Anggota Komisi I DPR Elita Budiati menyinggung belum adanya alat pendeteksi kapal asing yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut (AL). Ia menilai, ketiadaan alat tersebut membuat Indonesia berada di titik rawan, mengingat luas laut di dalam negeri mencapai 65 persen.
"Luas wilayahnya kita yang 65 persennya adalah laut, saya bilang bahkan kemarin Pak Asops ada di sana, begitu mendengar Pak Robert Marpaung bercerita, saya jujur saja takut, Pak," ujar Elita dalam rapat.
"Betapa ancaman di bawah laut itu perlu sangat diperhatikan oleh kita. Betapa ancaman bawah laut kita itu sangat luar biasa," sambungnya.
Ia tak memungkiri, Indonesia sebagai negara maritim sangat memerlukan alat pendeteksi itu. Pasalnya, ancaman asing bukan hanya berada di atas yang berupa kapal berlayar, melainkan juga di dalam laut dalam bentuk kapal selam. Ia pun bertanya-tanya mengapa alat sepenting itu tidak diadakan. Sekali pun harganya mahal, alat itu tetap penting untuk diadakan.
"Saya tanya alasannya kenapa kita tidak punya alat itu, katanya alasannya alatnya itu sangat mahal. Kalaupun semahal apa pun, kalau itu penting apalagi untuk menjaga kedaulatan laut kita, itu wajib," tandasnya.