Ntvnews.id
Lee berhasil memenangkan 89,77 persen suara dalam pemilihan pendahuluan, mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah pemilihan pendahuluan yang terkait dengan Partai Demokrat sejak proses demokratisasi negara itu dimulai pada 1987.
Dalam kompetisi internal tersebut, Lee, yang sebelumnya adalah pengacara hak asasi manusia dan kini menjabat sebagai politisi, mengalahkan Gubernur Provinsi Gyeonggi, Kim Dong-yeon, yang memperoleh 6,87 persen suara, serta mantan Gubernur Provinsi Gyeongsang Selatan, Kim Kyung-soo, yang hanya meraih 3,36 persen suara.
Dengan kemenangan besar dalam pemilihan pendahuluan, Lee Jae-myung kini resmi menjadi calon presiden dalam pemilihan yang akan berlangsung pada 3 Juni mendatang.
Baca juga: Indonesia dan Korea Selatan Sepakati Penguatan Kerja Sama Hilirisasi Industri
Pemilihan ini diadakan setelah mantan Presiden Yoon Suk-yeol digantikan akibat pemberlakuan darurat militer yang berlangsung singkat pada Desember tahun lalu.
Lee Jae-myung, yang kalah tipis dari Yoon Suk-yeol dalam pemilihan presiden 2022 dengan selisih suara hanya 0,73 persen, kini dianggap sebagai pesaing terkuat dalam pilpres mendatang.
Menurut jajak pendapat Gallup Korea yang dirilis pekan lalu, Lee memimpin dengan tingkat dukungan 38 persen, unggul jauh dibandingkan kandidat presiden dari kalangan konservatif.
Dukungan terhadap Lee terus berada di atas 30 persen sejak Desember tahun lalu, setelah Yoon mengumumkan darurat militer pada 3 Desember 2024, yang kemudian dicabut oleh Majelis Nasional yang dipimpin oposisi hanya beberapa jam setelahnya.
Jajak pendapat tersebut menamilkan bahwa 45 persen responden cenderung memilih calon presiden dari Partai Demokrat, menunjukkan dukungan yang kuat bagi Lee. Sementara itu, 32 persen memilih calon dari Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party), yang berhaluan konservatif, menandakan persaingan yang ketat antara kedua kubu.
(Sumber: Antara)