Korut Buka-Bukaan Akui Bantu Rusia Lawan Ukraina

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Apr 2025, 08:30
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah menandatangani perjanjian pertahanan dengan Rusia yang memungkinkan Korea Utara mengirim pasukannya untuk membantu Rusia dalam konflik dengan Ukraina.  Menurut laporan dari kantor berita resmi Korea Utara, KCN Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah menandatangani perjanjian pertahanan dengan Rusia yang memungkinkan Korea Utara mengirim pasukannya untuk membantu Rusia dalam konflik dengan Ukraina. Menurut laporan dari kantor berita resmi Korea Utara, KCN (Antara)

Ntvnews.id, Pyongyang - Untuk pertama kalinya, Korea Utara (Korut) secara terbuka mengakui telah mengirim pasukan untuk membantu Rusia. Korut menyatakan dukungannya terhadap Rusia dalam memenangkan perang melawan Ukraina.

Dilansir dqari KCNA, Selasa, 29 April 2025, pasukan militer Korut akan membantu Moskow merebut kembali wilayah perbatasan Kursk yang sebelumnya dikuasai oleh Ukraina.

KCNA menyebutkan, pengiriman pasukan ini dilakukan atas perintah langsung Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, sebagai bagian dari perjanjian pertahanan bersama yang telah disepakati dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tahun lalu.

"Atas instruksi pemimpin tertinggi, unit-unit militer Republik Rakyat Demokratik Korea menganggap wilayah Rusia sebagai bagian dari wilayah mereka sendiri, membuktikan kekuatan aliansi kedua negara," demikian bunyi pernyataan Komisi Militer Korut, dikutip KCNA.

Baca Juga: Korea Utara Akui Kirim Pasukan ke Rusia untuk Perang Lawan Ukraina

KCNA juga menambahkan bahwa keberhasilan dalam pertempuran di Kursk akan menjadi bukti "tingkat tertinggi dari persahabatan strategis militan" antara Korea Utara dan Rusia.

Kim Jong Un turut memuji pasukannya sebagai "pahlawan dan representasi kehormatan bangsa" yang berjuang demi keadilan.

Korut juga menyatakan bahwa membangun kemitraan dengan kekuatan besar seperti Rusia adalah suatu kebanggaan.

Diperkirakan hampir 14.000 personel Korea Utara telah dikirim, termasuk 3.000 pasukan tambahan untuk menggantikan yang gugur di medan perang. Meskipun mereka memiliki keterbatasan dalam kendaraan lapis baja dan pengalaman perang drone, pasukan ini dilaporkan mampu menyesuaikan diri dengan cepat.

Pada Sabtu, 26 April 2025, Rusia mengonfirmasi bahwa tentara Korut kini bertempur bersama pasukan Rusia di Kursk. Sebelumnya, baik Korut maupun Rusia tidak pernah secara resmi membenarkan ataupun membantah keberadaan pasukan tersebut di wilayah konflik.

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa pasukan Ukraina masih bertempur di wilayah Kursk dan Belgorod.

"Militer kami masih aktif di wilayah Kursk dan Belgorod. Kami mempertahankan posisi kami di wilayah Rusia tersebut," ujarnya dalam pidato Minggu, 27 April 2025 malam.

Baca Juga: Korea Utara Pulangkan Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia, Ini Kata Erick Thohir

Sebelumnya pada hari yang sama, Zelensky mengakui bahwa kondisi di sejumlah wilayah, termasuk Kursk, masih sangat sulit.

Sementara itu, Moskow mengklaim bahwa pasukan Ukraina telah dipukul mundur dari Desa Gornal — titik terakhir di perbatasan Kursk yang dikuasai Ukraina. Namun, beberapa jam kemudian, militer Ukraina membantah klaim tersebut dan menyebutnya sebagai "propaganda".

Di tengah situasi ini, mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuat pernyataan mengejutkan dengan mengatakan bahwa ia percaya Zelensky bersedia menyerahkan Krimea dalam perundingan damai dengan Rusia.

"Oh, saya pikir begitu," jawab Trump ketika ditanya apakah Zelensky bersedia "melepaskan" wilayah yang telah diduduki Rusia sejak 2014 itu.

Pernyataan Trump ini bertentangan dengan posisi resmi Zelensky yang menolak menyerahkan Krimea.

Trump juga menyatakan bahwa ia ingin Presiden Putin "menghentikan pertempuran" dan segera mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina.

"Saya ingin dia berhenti menembak, duduk, dan menandatangani perjanjian," kata Trump. "Kita sudah mendekati batas kesepakatan, saya yakin, dan saya ingin dia menandatanganinya," tambahnya.

Sebagai informasi, Krimea adalah semenanjung strategis di Laut Hitam bagian selatan Ukraina, yang direbut Rusia beberapa tahun sebelum invasi besar-besaran pada 2022.

x|close