Panitia Temukan 50 Pelaku Kecurangan dan 10 Joki dalam 6 Hari UTBK

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Apr 2025, 18:57
thumbnail-author
Akbar Mubarok
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Petugas mengawasi peserta yang mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jakarta Timur, Jumat (25/4/2025). Petugas mengawasi peserta yang mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jakarta Timur, Jumat (25/4/2025). (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta -Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 mengungkap bahwa selama enam hari pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), telah ditemukan sedikitnya 50 pelaku kecurangan dan 10 joki.

"Jumlah peserta yang terlibat kurang lebih 50, jumlah jokinya kurang lebih 10 keterlibatan," kata Ketua Tim Penanggungjawab Panitia SNPMB 2025 Eduart Wolok dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Baca Juga: Viral Peserta UTBK Ketangkap Basah Sembunyikan HP di dalam Baju

Eduart mengungkapkan bahwa berbagai modus kecurangan yang terjadi sangat beragam. Di antaranya adalah penggunaan alat bantu seperti kamera tersembunyi di kacamata, mikrofon dan pengeras suara di alat bantu dengar, hingga pemanfaatan perangkat lunak seperti aplikasi perekam layar dan aplikasi pengendali jarak jauh (remote desktop) di komputer peserta.

Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan remote desktop sering kali disertai pemasangan proxy pada komputer, sehingga perangkat tersebut dapat terhubung ke jaringan eksternal. 

Meski panitia UTBK di setiap lokasi telah mengantisipasi dengan menyediakan alat pemindai logam (metal detector), pelaku kecurangan tetap mampu menyiasatinya dengan teknologi yang lebih canggih, sehingga beberapa modus kecurangan masih berhasil lolos dari pengawasan.

Baca Juga: Peserta UTBK Ketahuan Curang, Sembunyikan HP di Dada Disamarkan dengan Plester Putih

"Tentu di poin ini bisa saja terindikasi sudah ada di lokasi UTBK yang kita temukan ada keterlibatan orang dalam," ujarnya.

Eduart menjelaskan bahwa modus kecurangan tersebut dilakukan dengan berbagai cara untuk memberikan jawaban kepada peserta yang berada di dalam ruang ujian

Eduart mengungkapkan bahwa modus kecurangan itu dilakukan dengan berbagai metode dalam menyampaikan jawaban kepada peserta yang sedang berada di dalam ruang ujian.

"Jadi, pesertanya sedang ada dalam ruang ujian. Kemudian dipasangkan alat di badan peserta sebagai receiver dan juga transmitter untuk komunikasi transfer jawaban. Jadi si peserta ini tetap mengoperasikan PC-nya dengan jawaban yang dikirim dari luar," ujarnya.

Baca Juga: SNPMB Tegaskan Tidak Ada Bocoran Soal UTBK-SNBT 2025, Proses Investigasi Kecurangan Sedang Berlangsung

Selain itu, Eduart juga mengungkapkan modus kecurangan lainnya, yakni dengan menggantikan peserta ujian di ruang ujian, yang biasa disebut sebagai praktik "joki".

Ia menjelaskan bahwa dalam kasus ini ditemukan pemalsuan foto peserta serta dokumen seperti surat keterangan kelas XII dan ijazah, agar joki bisa masuk dan mengikuti ujian menggantikan peserta sebenarnya.

"Ini yang menarik, jaringan perjokian lintas provinsi. Jadi bisa saja kasus didapatkan (di salah satu lokasi UTBK), setelah dilacak, komunikasi yang terbangun itu dari kota ini, kota ini, dan kota ini," ucap Eduart.

Ia, mewakili panitia, sangat menyayangkan terjadinya kecurangan ini, mengingat pelaksanaan UTBK didasarkan pada asas kepercayaan terhadap seluruh peserta didik di Indonesia dalam meraih pendidikan yang lebih baik.

Baca Juga: Viral Soal UTBK Bocor hingga Peserta Sampai Pasang Kamera di Kawat Gigi

Untuk itu, ia menyampaikan bahwa panitia di setiap lokasi UTBK telah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum guna menindaklanjuti kasus ini, meskipun sanksi yang tepat masih belum dapat ditentukan agar dapat memberikan efek jera.

Eduart pun mengimbau seluruh peserta dan wali peserta agar mengikuti seluruh rangkaian proses SNPMB 2025 dengan jujur dan menjauhi segala bentuk kecurangan yang mencederai nilai sakral dari pelaksanaan ujian ini.

"Andaikan semua peserta itu sepakat untuk menggunakan cara-cara yang jujur dan berintegritas kan tidak perlu lah hal-hal seperti ini," kata Eduart Wolok.*

(Sumber: Antara) 

x|close