Ntvnews.id, Semarang - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan salat Idul Adha di Simpang Lima Semarang, Jawa Tengah pada hari Senin, 17 Juni 2024
Saat salat, Jokowi duduk di barisan depan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Basuki Hadimulyono, serta Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana.
Setelah Sholat Idul Adha, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Hasyim Asy'ari berkesempatan untuk mengisi ceramag.
Ketua KPU Khotbah di Idual Adha depan Jokowi (Istimewa)
Di dalam ceramahnya di Lapangan Simpanglima Semarang saat perayaan Iduladha tahun 1554 Hijriah, menekankan bahwa berkurban memiliki makna lebih dari sekadar pengorbanan materi. Ia juga menyoroti pentingnya keikhlasan dalam mengatasi sifat-sifat negatif manusia melalui penyembelihan hewan kurban.
Baca Juga: Idul Adha 2024, Jokowi: Berkurban Menjadi Ekspresi Syukur dan Rasa Ikhlas
Jokowi Tetapkan 10 Juni Sebagai Hari Kewirausahaan Nasional, Tapi Tak Masuk Libur Nasional
Menurutnya, Iduladha bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga momentum untuk mengintrospeksi diri dan membuang sifat-sifat tercela seperti sombong, egois, fitnah, dan rakus.
"Berkurban berarti, sifat-sifat kebinatangan harus dikorbankan dan disembelih," ujar Hasyim.
"Sifat kebinatangan yang selalu curiga, menyebarkan informasi yang tidak benar, fitnah, rakus, tamak, dan ambisi yang tidak terkendali, tidak mau melihat kenyataan, tidak mempan diberi nasihat, tidak mampu mendengarkan teguran, merupakan sifat yang tercela dalam pandangan Islam," sambungnya.
Selain itu, Hasyim juga menceritakan mengenai kisah Nabi Ibrahim yang diminta mengorbankan putra tunggalnya.
Baca Juga: Politisi PDIP Singgung Jokowi dalam Rapat DPR: Presiden Lebih dengar Projo
"Nabi Ibrahim dengan penuh ketaatan dan kepatuhan bersedia melaksanakannya dan ketika diceritakan kepada Ismail, Ismail tidak gentar sedikit pun juga. Dia rela menerima perintah itu. Keduanya dengan jelas telah bersama-sama menunjukkan sikap ingin berkorban luar biasa besarnya," ucap Hasyim saat membuka khotbahnya.
Lanjutnya, Hasyim menceritakan saat disembelih, Allah SWT menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba besar. Peristiwa ini kemudian dirayakan sebagai Idul Adha atau Idul Kurban, di mana umat Islam yang mampu menyembelih hewan ternak untuk membagikan dagingnya kepada yang membutuhkan.
“ini mengandung setidaknya dua makna. Pertama sifat kebinatangan yang ada di jiwa manusia harus dikorbankan dan disembelih; dan kedua jiwa dan perbuatan seseorang harus dilandasi dengan tauhid, iman, dan takwa," tutur Hasyim.