Israel Makin Tegang, Warga Yahudi Teriak dan Geram Gegara RUU Kontroversi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 19 Jun 2024, 10:33
Deddy Setiawan
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Krisis di Israel Krisis di Israel (Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Kondisi di Israel semakin tegang karena Parlemen Israel sedang membahas RUU kontroversial tentang wajib militer bagi siswa agama ultra-Ortodoks. 

Dilansir dari Reuters, Rabu, 19 Juni 2024, RUU tersebut akan mengharuskan sejumlah orang Yahudi ultra-Ortodoks, yang biasanya menolak bertugas di militer, untuk secara bertahap bergabung dengan angkatan bersenjata. 

RUU wajib militer ini masih harus melewati tahap-tahap pembacaan lebih lanjut dan sidang komite setelah disetujui oleh parlemen.

Benjamin Netanyahu <b>(Istimewa)</b> Benjamin Netanyahu (Istimewa)  

Awalnya diajukan oleh mantan jenderal Benny Gantz pada tahun 2022 di bawah pemerintahan sebelumnya, RUU ini telah mendapat tentangan setelah Gantz mundur dari pemerintahan. Gantz berpendapat bahwa langkah ini tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan personel baru dalam militer.

Baca Juga: 124 Negara Bisa Tangkap PM Israel Netanyahu, Termasuk Sekutu Australia dan Jerman!

Selain Gantz, Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang juga pemimpin partai pro-pemukim dalam koalisi, juga menentang RUU tersebut. 

"Kita memiliki peluang besar yang tidak boleh dilewatkan. Masyarakat ultra-Ortodoks tidak boleh terpojok," kata Smotrich dalam sebuah pernyataan.

Pencabutan sejumlah pembatasan terhadap wajib militer bagi pria ultra-Ortodoks telah menjadi sumber perpecahan di Israel selama beberapa dekade. Isu ini sangat tidak disukai oleh banyak warga Israel yang sekuler dan semakin sensitif sejak dimulainya konflik di Gaza, yang mengakibatkan kematian lebih dari 600 tentara Israel.

Baca Juga: 3 Kebengisan Benjamin Netanyahu Paling Mengerikan Selama Jadi PM Israel

"Ada yang mendukungnya saat itu dan menentangnya sekarang karena mereka melihatnya sebagai hal yang salah bagi Israel saat ini, dan ada yang menentangnya saat itu dan akan mendukungnya sekarang karena mereka melihat adanya peluang untuk mengubahnya," kata Assaf Shapira, kepala program reformasi politik di Institut Demokrasi Israel, kepada Reuters.

Di samping itu, keluarga dari beberapa orang yang ditahan di Gaza terus meminta pemerintah untuk bertindak agar mereka bisa pulang. 

Ketika parlemen bersiap untuk memberikan suara tentang RUU tersebut, terjadi perdebatan sengit dalam rapat komite keuangan, di mana anggota dari beberapa keluarga sandera mengepung Smotrich dan menyerukan kepada pemerintah untuk melakukan upaya lebih besar dalam membawa pulang para sandera tersebut.

 

x|close