Ntvnews.id, Tel Aviv - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan segera mengakhiri pertempuran intensif di Gaza dan akan mengalihkan fokusnya pada operasi terarah melawan Hamas.
"Perubahan itu akan segera terjadi," ujar Netanyahu dalam sebuah wawancara televisi ketika ditanya apakah pertempuran di kota selatan Rafah akan berakhir dalam waktu satu bulan.
Dilansir dari Jerusalem Post, Selasa, 25 Juni 2024, wawancara tersebut merupakan yang pertama kalinya Netanyahu berbicara dengan media Israel sejak serangan pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 lainnya.
Benjamin Netanyahu (Istimewa)
Di sisi lain, serangan balasan Israel ke Gaza telah menyebabkan lebih dari 37.000 warga Palestina tewas.
Baca Juga: 3 Kebengisan Benjamin Netanyahu Paling Mengerikan Selama Jadi PM Israel
Netanyahu menjelaskan bahwa langkah militer selanjutnya adalah memindahkan sejumlah pasukan Israel ke utara, di mana pertempuran dengan Hizbullah sedang meningkat. Mereka juga berencana untuk memulangkan penduduk lokal yang dievakuasi.
"Jika kami bisa, kami akan melakukannya melalui cara diplomatis. Jika tidak, hal itu akan dicapai dengan cara lain," kata Netanyahu.
Para pejabat AS mengungkapkan kekhawatiran bahwa perang terbuka mungkin akan terjadi antara Israel dan Hizbullah.
Dalam wawancara tersebut, Netanyahu secara langsung menolak, untuk pertama kalinya, kemungkinan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang bisa mengakhiri perang.
Baca Juga: Senator AS Berikan Dukungan Perintah Penangkapan PM Israel Benjamin Netanyahu
Kesepakatan tersebut sebelumnya disampaikan oleh Presiden AS Joe Biden dalam pidatonya beberapa minggu sebelumnya.
"Jika ada kesepakatan, itu akan didasarkan pada persyaratan dari kami dan tidak berarti mengakhiri perang, menarik pasukan dari Gaza, dan membiarkan pemerintahan Hamas tetap utuh," katanya.
"Saya bersedia menyetujui kesepakatan parsial yang akan mengembalikan sejumlah sandera Israel, dan setelah gencatan senjata tersebut berakhir, kami akan berkomitmen untuk melanjutkan pertempuran hingga tujuan menghancurkan Hamas tercapai," tambahnya.
Wawancara Netanyahu menimbulkan kemarahan di kalangan keluarga para sandera, yang menyalahkannya atas meninggalkan 120 sandera yang masih berada di Gaza. Menurut pernyataan keluarga sandera setelah wawancara tersebut dirilis, Netanyahu telah "melanggar kewajiban moral negara terhadap warganya."
Kantor Netanyahu kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa dia sebenarnya berkomitmen untuk memulangkan semua sandera.
"Hamas yang menolak kesepakatan, bukan Israel," kata pernyataan tersebut. "Netanyahu telah menjelaskan bahwa kami tidak akan meninggalkan Gaza sampai kami mengembalikan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia."