Ntvnews.id, Cimahi - Informasi pada artikel bukan ditujukan guna menginspirasi untuk melakukan tindakan yang sama. Jika Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan permasalahan Anda ke psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan mental.
Dimas Yonathan Tarigan adalah seorang pria yang diduga nekat gantung diri di flyover Cimindi pada Jumat, 26 Juni 2024 lalu. Jasad dimas tergantung dengan tali kabel di kawasan tersebut hingga ditemukan warga sekitar pada pagi hari.
Penampakan pria yang menggantung di flyover tersebut diabadikan melalui rekaman video hingga tersebar luas di media sosial. Publik bahkan ramai-ramai mengucapkan belasungkawa atas kepergian Dimas di kolom komentar Instagram pribadinya.
Sebelum nekat mengakhiri hidupnya, Dimas Yonathan rupanya sempat bercerita dan menuangkan apa yang ada dalam isi pikirannya dalam bentuk Google dokumen. Isinya mengungkapkan apa yang dirasakan di lubuk hati Dimas selama ini.
Dimas Yonathan (Instagram)
Catatan ini dimulai dengan menggambarkan kesedihan hatinya yang selalu menerima perundungan saat kecil sampai masa remaja. Curhatan ini dimulai dengan kisah masa kecilnya karena sering dibully gegara menjadi minoritas di komplek rumahnya.
"Mungkin kebanyakan dari kalian enggak tau rasanya gimana jadi minoritas ya? Setiap main sama mereka kayaknya sering banget hinaan kepada agama aku," ucap Dimas Yonathan, dikutip dari tautan google drive di akun Instagram @_dimasyonathan pada Minggu, 30 Juni.
Mirisnya, Dimas bukan hanya menjadi sasaran bully dari teman-teman seagama, tapi juga kerap menjadi korban bullying dari teman-teman yang memiliki keyakinan yang sama. Hal ini tentu saja berbekas terhadap pemikiran Dimas.
Dimas Yonathan (Instagram)
"Gimana dengan temen-temen Kristen di perumahan aku? Well, mereka juga ga jarang nge-bully kok. Tapi seenggaknya kan mereka enggak akan nge-bully agamanya sendiri dong?" tutur Dimas Yonathan.
"Mereka kebanyakan adalah orang-orang cina yang kaya raya. Sedangkan aku cuma orang batak item yang dikasih bekel 1000 sehari. Jadi bahan bully juga dong tentunya," tutur Dimas.
Dimas mengaku sempat berusaha membuat identitas barunya dengan menurunkan ego, jarang marah ketika keyakinan diejek, tidak marah kalau dibully dan mencoba berbaur. Namun sayang, ia tidak bisa mendapatkan apa yang sesuai harapannya.
Ia mengaku kembali menjadi korban perundungan teman-teman tongkrongan di SMP. Bahkan, kondisinya lebih parah dibandingkan dengan SD. Namun beruntung, setelah penyelesaian masa SMA ia bisa berbaur dengan teman sekelas tanpa memabdang agama.