Ntvnews.id, Bangkok - Populasi Thailand mengalami penurunan yang dikaitkan dengan fenomena 'resesi seks' dan meningkatnya minat warga untuk mengadopsi kucing.
Dilansir dari CNA, Rabu, 3 Juli 2024, menyebutkan survei menurut National Institute of Development Administration pada September 2023, 44 persen responden Thailand menyatakan kurang berminat memiliki anak. Alasan utama yang disebutkan adalah biaya pengasuhan anak, kekhawatiran tentang kondisi masyarakat terhadap anak, dan beban pengasuhan.
Tingkat kesuburan Thailand mencapai 1,08 pada tahun 2023, yang merupakan angka tertinggi kedua terendah di Asia Tenggara setelah Singapura dengan 0,97 pada periode yang sama.
Bangkok, Thailand (Tangkapan Layar)
Wakil Perdana Menteri Thailand, Somsak Thepsutin, menyatakan kekhawatirannya terhadap kemungkinan penurunan populasi Thailand. Dia memprediksi bahwa populasi Thailand bisa berkurang dari 66 juta menjadi 33 juta dalam 60 tahun ke depan.
Baca Juga: Tok! Thailand Legalkan Pernikahan Sesama Jenis, Pertama di ASEAN
Istilah 'resesi seks' pertama kali diperkenalkan oleh Kate Julian pada tahun 2018 dalam tulisannya di The Atlantic. Istilah ini merujuk pada penurunan aktivitas seksual yang signifikan. Penelitian oleh Jean M. Twenge, seorang profesor psikologi di San Diego State University, mengungkapkan tren menurunnya kehidupan seksual di antara warga Amerika.
Pilih Adopsi Kucing
Sira Kitpinyochai dan Boontarika Namsena adalah salah satu pasangan yang memilih untuk mengadopsi kucing daripada memiliki anak. Mereka mengungkapkan bahwa mereka saat ini memiliki 11 kucing, jumlah yang lebih besar daripada jumlah anak yang mereka miliki.
Sebelum menikah, Kitpinyochai dan Namsena telah sepakat untuk tidak memiliki anak. Mereka menjelaskan bahwa anak-anak dianggap sebagai beban karena memerlukan banyak biaya untuk dibesarkan.
Baca Juga: Gara-gara Wajahnya Nggak Mirip Orang India, Buronan Nomor 1 Thailand Pilih Kabur ke RI
Selain itu, mereka berdua merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu untuk merawat anak-anak karena mereka harus bekerja selama 10 hingga 12 jam sehari di Thailand.
Anchalee, seorang warga Thailand lainnya, juga memiliki pandangan yang serupa. Dia menganggap bahwa tuntutan dari kehidupan profesionalnya sangat berat dan membuatnya merasa bahwa hidupnya sudah cukup sulit.
"Dalam situasi seperti ini, saya tidak ingin memiliki anak," ujarnya.