Ntvnews.id, Yerusalem - Sejumlah pria Yahudi ultra-Ortodoks menggelar demonstrasi di Yerusalem setelah Mahkamah Agung Israel memutuskan secara bulat bahwa mereka harus mulai direkrut untuk wajib militer.
Salah satu peserta demonstrasi membawa spanduk yang menyatakan: "Kami menolak bergabung dengan militer demi agama Zionis."
Peserta lain menampilkan tulisan: "Israel bukanlah negara Yahudi, tetapi negara Zionis; orang Yahudi bukanlah Zionis" dan "Kami tidak akan mengorbankan anak-anak kami..."
Yahudi Ortodoks (VOA)
Dilansir dari VOA, Rabu, 3 Juli 2024, wajib militer adalah kewajiban bagi mayoritas pria dan wanita Yahudi di Israel. Keputusan Mahkamah Agung ini berpotensi mengancam stabilitas koalisi pemerintahan di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, terutama di tengah eskalasi konflik di Gaza.
Baca Juga: 5 Negara Mayoritas Muslim Ini Nyatanya Miliki Kekuatan Militer Lebihi Israel, Ada Indonesia?
Pengadilan pekan lalu mengkritik sistem pengecualian yang dianggap tidak adil terhadap berbagai kelompok populasi dan memerintahkan militer untuk mulai merekrut orang-orang ultra-Ortodoks.
Partai-partai oposisi memberi sambutan positif terhadap keputusan tersebut. Pengecualian dari kewajiban militer bagi anggota ultra-Ortodoks dihapus ketika Angkatan Bersenjata Israel menghadapi kekurangan personel selama konflik dengan Palestina di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.
Baca Juga: Bukan Hanya Dukung Israel, Bruno Mars Ternyata Keturunan Yahudi
Secara hukum, warga Israel diwajibkan untuk memulai dinas militer pada usia 18 tahun, dengan masa tiga tahun untuk pria dan dua tahun untuk wanita. Selama beberapa dekade terakhir, para siswa seminari Yahudi ultra-Ortodoks dibebaskan dari wajib militer.
Pemimpin ultra-Ortodoks menganggap pengecualian ini sangat penting untuk menjaga tradisi mereka.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pengecualian tersebut telah memicu protes dari warga Israel yang merasa tidak adil karena mereka menanggung risiko dalam konflik di Gaza.