Ntvnews.id, Jakarta - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri berbicara soal makna lagu Indonesia Raya yang dinilai sebagai bentuk bukti bahwa Indonesia lahir dengan sebuah konsep negara paripurna. Megawati mengaku perihal makna lagu ini, juga pernah ia sampaikan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Pesan yang terdapat dalam lagu Indonesia Raya tersebut semakin meyakinkan saya, bahwa indonesia memang lahir dengan sebenarnya. Sebuah konsepsi yang sudah sangat lengkap sebagai negara paripurna," ujar Megawati dalam pidatonya di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (5/7/2024).
"Saya kan bilang mau nyari apa lagi sih? Saya ngomong sama Pak Jokowi, kalian pemimpin ya, itu harus menjalankan apa yang dipikirkan, dan dituliskan oleh para pendiri bangsa bukan kita bikin versi-versi," lanjut dia.
Megawati menganggap, pemimpin saat ini selalu membuat versi. Hal itu kata dia aneh. Karena, pemimpin Indonesia seharusnya tinggal menjalankan saja apa yang sudah ditulis dan dipikirkan pendiri bangsa.
"Nah kalau sekarang saya lihat pemimpin bikin versi, aneh, ya mbok yo yang udah ada dijalanin aja susah banget," jelas dia.
Megawati lantas mengisahkan momen ketika menunjuk Ganjar sebagai calon presiden dari PDIP pada Pilpres kemarin. Megawati mengingatkan bahwa menjadikan Ganjar sebagai pemimpin, jika terpilih dalam Pilpres, adalah dirinya, karena itu Ganjar harus memimpin dengan konsep kebangsaan PDIP.
"Itulah saya bilang ini sama Pak Ganjar, ini Pak Mahfud nggak tahu ke mana dia. Nah iya, 'awas lho ya, lo kalau mau jadi pemimpin, saya jadikan'. Banyak yang bilang bukan ibu jadikan, terserah. Tapi saya bilang sama dia, 'saya jadikan' karena apa, kamu masuknya PDI Perjuangan, terserah kalau independen, partai lain, bukan saya yang jadikan, gitu lho. Kamu harus mengikuti konsep kebangsaan kita karena itu benarnya. Tinggal dijalankan itu paripurna, kok susah amat ya," papar dia.
Konsep negara paripurna yang ia maksud, adalah dengan adanya Pancasila, gotong-royong, dan Bhineka Tunggal Ika.
"Dengan pancasilanya, gotong royongnya, Bhineka Tunggal Ika-nya, hanya karena subyektif, iya itukan bikininannya Bung Karno, sok! Kalau memangnya Bung Karno, terus kenapa? Hah? Bikinan kadal? Lah iya lho, kan orang nanya, buktinya apa? Baca BPUPKI, kenapa diterima? Kan begitu, lalu siapa yang disuruh ngomong? Saya berani berbantahan, tapi dengan fakta jangan omong kosong," jelas Megawati.
Mega pun mempersilakan awak media untuk memberitakan pernyataan ini. "Nah itu tulis tuh wartawan, kalau berani. Nanti pasti ngomongnya, bu kalau nggak kita ditegur bu, yang negur sopo? Alang-alang? Yang bergoyang he-he... Gile sama alang-alang bergoyang aja takut," tandasnya.