Ntvnews.id, Paris - Lebih dari 50 politisi dan orang-orang kampanye telah menjadi korban serangan selama masa kampanye pemilu di Prancis.
Dilansir dari reuters, Selasa, 9 Juli 2024, Insiden kekerasan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan menjelang putaran kedua pemungutan suara.
"Masa kampanye ini singkat, namun kami sudah mencatat 51 kandidat, pengganti, dan aktivis yang mengalami serangan fisik," kata Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerard Darmanin.
Pemilu Prancis (Istimewa)
Darmanin menambahkan bahwa lebih dari 30 orang telah ditangkap terkait serangkaian serangan tersebut, termasuk beberapa anggota militan dari kelompok sayap kanan dan kiri.
Baca Juga: Baru 28 Tahun, Jordan Bardella Digadang Miliki Peluang Jadi PM Prancis Termuda
Pada bulan lalu, Presiden Emmanuel Macron mengambil risiko dengan meminta diselenggarakannya pemilu parlemen hanya beberapa minggu sebelum Paris menjadi tuan rumah Olimpiade 2024, setelah kelompok sayap kanan ekstrem mengalahkan aliansi sentris yang dipimpin oleh Macron dalam pemilu Eropa.
Tegangnya situasi di Prancis meningkat setelah Partai National Rally (RN), yang berhaluan anti-imigrasi dan Eropa-skeptis, meraih keunggulan dalam putaran pertama pemungutan suara pada 30 Juni lalu.
RN berhasil memenangkan 39 dari total 577 kursi di Majelis Nasional dan diperkirakan akan memperoleh lebih banyak kursi dalam putaran kedua.
Baca Juga: Hasil Euro 2024: Prancis Jegal Portugal ke Semifinal Lewat Adu Penalti
Sejak saat itu, beberapa insiden serangan dilaporkan terjadi ketika kelompok sentris dan aliansi sayap kiri berusaha keras untuk mencegah RN meraih mayoritas absolut di Majelis Nasional pada putaran kedua pemilu Prancis.
Jaksa setempat melaporkan bahwa empat orang, termasuk tiga anak di bawah umur, telah ditahan karena menyerang juru bicara pemerintah Prancis, Prisca Thevenot, dan timnya di Meudon, di luar Paris, saat mereka sedang memasang poster kampanye.
Meskipun Thevenot, yang berasal dari Mauritius, tidak mengalami luka, seorang rekan dan seorang pendukungnya terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit setempat setelah serangan oleh sekitar 20 orang.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerard Darmanin, mengumumkan bahwa sekitar 30.000 personel kepolisian akan dikerahkan untuk menjaga keamanan pemungutan suara putaran, dengan 5.000 polisi di antaranya bertugas di Paris dan sekitarnya.
Dewan Pengacara Paris telah meminta kejaksaan untuk menyelidiki kasus ini setelah sebuah situs sayap kanan memuat seruan untuk "mengeliminasi" pengacara yang menandatangani artikel menentang RN.
Perdana Menteri Prancis, Gabriel Attal, menegaskan bahwa "kekerasan dan intimidasi tidak dapat ditoleransi dalam masyarakat kita" dalam pernyataannya terkait insiden tersebut.