Politik Identitas Tak Lagi Jadi Isu Utama di Pilgub Jakarta? Begini Pendapat Ikrar Nusa Bhakti

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Jul 2024, 09:21
Adiantoro
Penulis & Editor
Bagikan
Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti saat menjadi narasumber dalam dialog NTV Prime di Nusantara TV, Selasa (9/7/2024). Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti saat menjadi narasumber dalam dialog NTV Prime di Nusantara TV, Selasa (9/7/2024).

Ntvnews.id, Jakarta - Isu politik identitas yang muncul di pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada 2017 menimbulkan konflik sosial. 

Ibu Kota Jakarta memang dikenal sebagai daerah yang masyarakatnya multikultural. Sebagian kalangan memaknai politik identitas sebagai hal negatif yang merusak proses demokrasi karena menggunakan sentimen SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) dalam memenangkan pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta. 

Pada Pilgub Jakarta 2024, politik identitas kemungkinan tidak lagi menjadi isu utama. Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti berpendapat antara kelompok Muslim dan nasional saat ini sudah sangat cair. 

"Setelah Pemilu Presiden maupun Pemilu Legislatif 2024 yang lalu, antara kelompok Muslim, termasuk juga yang boleh dikatakan garis keras atau setengah keras dengan kelompok nasionalis, di mana di dalamnya ada PDI Perjuangan sudah sangat mencair," ujar Ikrar saat menjadi narasumber dalam dialog NTV Prime di Nusantara TV, Selasa (9/7/2024).

Lebih lanjut, dia menilai, kelompok ini bisa melihat bagaimana perlakuan Presiden Jokowi terhadap PDI Perjuangan. Dan, tak hanya terhadap partai, tetapi juga calon presiden serta calon legislatifnya.

"Hal inilah yang kemudian menimbulkan rasa simpati dari kelompok-kelompok yang dulu boleh dikatakan posisinya itu berseberangan dengan PDI Perjuangan, dan ini nyata," tambah Ikrar.

Dia mengamati dalam sejumlah pertemuan di antara kelompok Muslim dan nasional saat ini memiliki pandangan yang berubah.  

"Istilahnya itu bagaimana supaya bisa bersama-sama misalnya menggagalkan yang namanya dinasi politik. Jadi ini adalah suatu kesadaran politik yang sangat tinggi. Tentunya Golkar juga nggak mau begitu saja ditekan untuk masuk (Pilgub) Jakarta dan meninggalkan Jawa Barat. Karena Golkar tahu persis yang dapat untung nanti tentu saja Gerindra dan PAN. Hal-hal semacam ini juga menjadi perhitungan politik," jelas Ikrar.

Kendati wakil presien terpilih Gibran Rakabuming Raka ikut-ikutan blusukan di Jakarta, begitu juga dengan Kaesang Pangarep yang masuk ke masjid guna melaksanakan salat Jumat di wilayah yang dikunjunginya, namun menurutnya, rakyat bakal memberikan penilaian tersendiri. 

"Tapi bukan mustahil rakyat juga tentunya akan melihat rupanya mereka datang nggak bawa apa-apa. Tetapi mereka percaya jika persoalan bantuan akan muncul pada saat Pilkada 2024 ini. Jadi hal-hal semacam ini adalah suatu hal yang sangat nyata."  

"Saya yakin pencinta Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) ataupun pencinta Anies (Baswedan) kalaupun nanti misalnya PDI Perjuangan dengan PKS menyatu, itu bukan mustahil jika mereka akan mendukungnya dengan sepenuh hati, dan kalau kemudian calon dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang diajukan ada nama anak presiden di situ," tukas Ikrar.

x|close