Ntvnews.id, Washington DC - Kepala intelijen Amerika Serikat mengklaim bahwa Iran telah memanfaatkan protes yang sedang berlangsung di Amerika Serikat terkait penentangan terhadap perang Gaza, termasuk dengan memberikan pembayaran kepada para demonstran.
Dilansir dari VOA, Kamis, 11 Juli 2024, Avril Haines, direktur intelijen nasional, menegaskan bahwa tuduhannya tidak menyiratkan bahwa warga AS yang turun ke jalan untuk mengecam Israel atau kebijakan AS tidak tulus, atau bahwa mereka bertindak atas permintaan Iran.
Namun, dia mengungkapkan bahwa Teheran sedang meningkatkan upayanya untuk campur tangan.
"Dalam beberapa minggu terakhir, pemerintah Iran telah mencoba secara oportunis memanfaatkan protes yang sedang berlangsung terkait perang di Gaza, menggunakan strategi yang telah digunakan oleh pihak lain selama bertahun-tahun," kata Haines dalam pernyataannya.
Kaum liberal Iran berunjuk rasa memprotes kematian perempuan Mahsa Amini yang diduga tewas akibat di
"Kami telah mengamati agen yang terkait dengan pemerintah Iran menyamar sebagai aktivis di platform daring, berupaya mendorong protes, bahkan memberikan dukungan finansial kepada para demonstran," tambahnya.
Baca Juga: Rusia Obrak-abrik dan Bongkar Sistem Rudal Buatan Amerika Serikat
"Kebebasan untuk menyuarakan berbagai pandangan, selama dilakukan dengan damai, merupakan hal yang sangat penting bagi demokrasi kita. Namun, kita juga perlu mengingatkan aktor asing yang mencoba memanfaatkan perdebatan kita untuk kepentingan mereka sendiri," ujarnya.
Iran, yang merupakan negara ulama yang mendukung kelompok militan Hamas Palestina, menghadapi serangan besar-besaran dari Israel pada 7 Oktober lalu yang memicu serangkaian serangan Israel di Jalur Gaza.
Media yang didukung pemerintah Iran menggunakan momentum protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat dan menuding AS sebagai munafik dalam menanggapi beberapa demonstrasi.
Baca Juga: 45 Tewas Akibat Serangan Israel ke Rafah, Amerika Sebut Tak Melanggar
Sebagai musuh utama Amerika Serikat sejak Revolusi Islam 1979 yang menggulingkan Shah Iran yang pro-Barat, Iran sering dituduh berusaha mempengaruhi opini publik di Barat yang kritis terhadap mereka.
Amerika Serikat telah mengutuk secara berulang kali apa yang mereka sebut sebagai kampanye disinformasi yang dilakukan oleh China dan terutama Rusia, termasuk melalui penyebaran konten menyesatkan di media sosial.