Israel Mulai Gempur Rafah Palestina, Jumlah Korban Langsung Sebanyak Ini

NTVNews - 7 Mei 2024, 11:11
Deddy Setiawan
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Israel Gempur Rafah Palestina Israel Gempur Rafah Palestina (Istimewas)

Ntvnews.id, Rafah - Menurut laporan dari kantor berita Palestina Wafa yang dikutip oleh Al Jazeera, dua belas nyawa telah hilang dalam serangan Israel di Rafah, Gaza selatan, pada Selasa, 7 Mei 2024 waktu setempat.

Militer Israel dilaporkan telah melakukan pengeboman terhadap sebuah rumah di wilayah Tal as-Sultan di sebelah barat Rafah, yang menyebabkan lima orang tewas dan beberapa warga lainnya terluka.

Pasukan Zionis juga merenggut tiga nyawa, termasuk seorang anak, setelah mengebom sebuah rumah yang dimiliki oleh keluarga Abu Amra di Rafah barat.

Sementara di Rafah timur, serangan Israel terhadap sebuah rumah telah mengakibatkan kematian empat orang. Bom Israel menyerang rumah keluarga Al-Hams di lingkungan al-Jnaina di Gaza selatan.

Peta Gaza Palestina <b>(BBC)</b> Peta Gaza Palestina (BBC)

Militer Israel melakukan pemboman tanpa henti terhadap Rafah di darat dan udara. Mereka mengklaim serangan ini menargetkan tempat-tempat Hamas di kota tersebut.

Serangan Israel ke Rafah dilakukan setelah kelompok Hamas menyatakan setuju terhadap proposal gencatan senjata usulan mediator Qatar dan Mesir. Keputusan Hamas ini pun disambut meriah oleh warga Palestina di Gaza.

Namun kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan proposal tersebut "jauh dari persyaratan Israel". Israel menyebut akan tetap melanjutkan operasi militer di Rafah untuk menekan Hamas.

Agresi Israel di Jalur Gaza terus memakan korban warga sipil Palestina. Agresi Israel di Jalur Gaza terus memakan korban warga sipil Palestina.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Antonio Guterres menyebut invasi darat ke Rafah "tidak dapat ditoleransi".

"Ini adalah kesempatan (gencatan senjata) yang tidak boleh dilewatkan. Invasi darat di Rafah tidak dapat ditoleransi karena dampak kemanusiaannya sangat buruk, yang mengganggu stabilitas di kawasan," ujar Guterres.

x|close