Ntvnews.id, Jakarta - Sebuah kasus yang jarang terjadi dilaporkan di mana seorang anak berusia 1 tahun ditemukan memiliki janin di dalam kepalanya. Janin tersebut ternyata adalah saudara kembarnya yang tidak berkembang sempurna di dalam rahim.
Bagaimana ceritanya sampai janin tersebut ditemukan di dalam kepala anak tersebut? Artikel ini mengupas detailnya.
Dilansir dari dari jurnal American Journal of Case Reports, Senin, 15 Juli 2024, kecurigaan awal muncul karena kepala anak tersebut terus membesar seiring berjalannya waktu. Gejala lain yang muncul termasuk ketidakmampuan anak untuk duduk atau berdiri.
Selain itu, anak tersebut mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik dan bicara. Satu-satunya kata yang dapat diucapkannya adalah 'Ibu'.
Janin di Otak Balita (Istimewa)
Karena kondisinya yang tidak biasa ini, anak tersebut menjalani perawatan di rumah sakit. Berbagai pemeriksaan medis dilakukan untuk mencari tahu penyebab dari gejala yang dialami.
Baca Juga: Bayi Perempuan Ditemukan Tak Bernyawa di Sungai Sei Asahan, Medan
Hasil pemindaian menunjukkan bahwa gejala tersebut disebabkan oleh janin yang terperangkap di dalam kepala anak perempuan tersebut. Dengan kata lain, ada 'bayi' yang terdapat di dalam kepala anak tersebut.
"Menurut laporan yang dikutip oleh MNC Portal, janin yang terperangkap di dalam kepala seorang anak perempuan berusia 1 tahun dari China sudah memiliki tulang belakang, organ, dan jari. Janin tersebut terjebak di otak kembarannya."
Temuan ini tentu menggemparkan dunia medis, mengingat betapa tidak lazimnya kasus di mana janin dapat tumbuh di dalam otak manusia. Namun, itulah kenyataannya.
Baca Juga: Penonton yang Tarik Tantri Kotak Sampai Nyungsep Ditangkap, Ungkap Permintaan Maaf
Dikarenakan tempat tumbuhnya yang tidak tepat, tim dokter memutuskan untuk menelitinya.
Kondisi yang sangat jarang ini dalam bidang medis dikenal sebagai fetus in fetu (FIF) atau janin parasit. Kasus semacam ini terjadi sekitar 1 dari 500.000 kelahiran di seluruh dunia.
"FIF hampir selalu fatal jika terjadi di dalam kepala," ungkap Xuewei Qin dan Xuanling Chen, yang merupakan penulis penelitian dan ahli anestesi dari Rumah Sakit Universitas Internasional Peking di Beijing, China.