Ntvnews.id, Jakarta - Pakar politik Profesor Ikrar Nusa Bhakti menduga 'bulan madu' antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto akan berakhir.
Ia mengaku melihat tanda-tanda yang kuat bahwa hubungan Jokowi dan Prabowo sudah tak 'semanis' sebelumnya.
"Terlihat kentara sekali. Kita bisa cermati dari pernyataan Prabowo yang mengatakan bahwa kita itu di dalam pemilu bukan cuma ingin mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan baik untuk diri, untuk partai, untuk keluarga atau untuk kroni tapi untuk rakyat," beber Prof Ikrar Nusa Bhakti dalam Dialog NTV Prime bertajuk 'Jadi Nih Duel Anies vs Ahok?' di NusantaraTV, Selasa (16/7/2024).
"Di situ saja dia (Prabowo) sudah mulai menyindir-nyindir bahwa kekuasaan itu bukan untuk dinasti dan sebagainya," imbuhnya.
Di sisi lain terkait Pilkada Jakarta, sambung Prof Ikrar, dalam Pilpres 2024 lalu nyaris tidak ada pengaruh Jokowi di Jakarta.
"Kita bisa lihat antara Anies-Muhaimin dengan Prabowo-Gibran selisih suaranya bisa dihitung. Tidak sampai ratusan ribu," ungkapnya.
"Apalagi kalau nanti Jokowi sudah sudah lenyap dari kekuasaan pada 20 Oktober. Dia tidak bisa lagi mempengaruhiPartai Golkar ataupun Gerindra. Gerindra tentunya juga ingin independen atau Prabowo juga ingin independen. Kalau tadi pikiran-pikiran liar dari Hendri (Hendri Satrio) yang mengatakan bahwa nanti mereka akan mengumpul partai-partai seperti yang seperti terjadi sekarang di Sumatera Utara. Banyak banget yang membukung Bobby. Mungkin akan direkayasa politik seperti itu juga di Jakarta," tutur Prof Ikrar.
Tapi kata Prof Ikrar, jika itu terjadi yang menang adalah kotak kosong.
"Believe it or not kalau itu terjadi, saya yakin yang menang itu kotak kosong. Kalau memang Kaesang dimajukan. Kenapa demikian? Karena pendukung Anies dengan pendukung pendukung Ahok banyak individu. Belum lagi warga Jakarya yang bukan pendukung mereka yang enek sama Jokowi," kata Prof Ikrar.
Menurut Prof Ikrar, kecenderungan tersebut dapat dilihat dari hasil survei Litbang Kompas.
Baca juga: Survei Litbang Kompas Pilgub Jakarta: Anies 29,8%, Ahok 20%, Kaesang 1,0%
"Polling Litbang Kompas Kaesang hanya mendapatkan dukungan itu 9,8%. Kemudian yang tidak akan memilih Kaesang itu 41,8%. Walaupun yang mungkin akan memilih katanya 33,8%. Tapi kalau anda bandingkan dengan siapa pemilih Anies dan siapa pemilih Ahok. Angka mereka tidak berselisih jauh," papar Prof Ikrar.
Prof Ikrar kembali menekankan kalau memang maju tiga orang dan tidak ada yang bisa memenangi Pilkada Jakarta satu putaran.
"Believe it or not siapapun yang maju di putaran kedua. Apakah Ahok ataukah Anis Itu pasti suara akan akan lari ke mereka," ujarnya.
"Tidak akan lari ke suara dari Istana," tambahnya.
Pasalnya, sambung Prof Ikrar, Airlangga Hartarto dan Partai Golkar terlihat sudah mulai unjuk gigi.
"Untuk bisa untuk berani mengatakan tidak pada Jokowi," tandasnya.
Karena itu kata Prof Ikrar, Airlangga dan Golkar tidak akan memaksakan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024. Karena hasil survei Litbang Kompas Ridwan Kamil hanya dapat 24,0%.
Kembali ke soal peluang Kaesang di Pilkada Jakarta 2024, lanjut Prof Ikrar, jangan disamakan dengan ketika Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon Wali Kota Surakarta.
"Anda tahu tidak ada satupun partai politik yang mengajukan calon lain menantang Gibran. Kenapa demikian? Karena mereka tahu persis Gibran pasti akan menang. Makanya kemudian dibuatlah calon boneka. Tapi kalau di Jakarta enggak mungkin dimajukan calon boneka enggak akan laku," ucapnya.
"Dimajukan Kaesang saya yakin engga laku juga," pungkasnya.