Tak Risau Elektabilitasnya Masih di Bawah RK, Ini yang Bikin Dedi Mulyadi Tetap Optimis Menangkan Pilgub Jabar 2024

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 19 Jul 2024, 11:59
Ramses Manurung
Penulis & Editor
Bagikan
Dedi Mulyadi dalam perbincangan bersama jurnalis senior NusantaraTV, Don Bosco Selamun (tengah) dan Donny de Keizer (kanan) di acara DonCast NusantaraTV/tangkapan layar NTV Dedi Mulyadi dalam perbincangan bersama jurnalis senior NusantaraTV, Don Bosco Selamun (tengah) dan Donny de Keizer (kanan) di acara DonCast NusantaraTV/tangkapan layar NTV

Ntvnews.id, Jakarta - Meski belum ada penetapan resmi terkait nama calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan maju dalam Pilgub Jawa Barat 2024. Namun banyak kalangan memprediksi nama Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil berpotensi besar bakal diusung partai masing-masing dan bersaing pada Pilgub Jabar.

Lantas seperti apa peluang Dedi Mulyadi bisa memenangkan kontestasi yang akan digelar pada November mendatang? Pasalnya, hasil survei masih menempatkan mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil di posisi teratas dalam hal elektabilitas.

Merespon hal itu, Dedi Mulyadi mengatakan setiap manusia pasti punya peluang di berbagai kontestasi yang diikutinya.

"Peluang itu tergantung apakah kita akan mengoptimalkan atau tidak. Ketika main bola kita banyak diberi peluang tapi kalau peluang itu tidak terkelola tetap tidak jadi gol.
Meskipun tidak ada peluang kalau kita bekerja keras mengelola menciptakan peluang pada akhirnya akan gol," tandasnya saat tampil sebagai bintang tamu DonCast di NusantaraTV yang dipandu jurnalis senior Don Bosco Selamun dan Donny de Keizer, Kamis (18/7/2024).

Ditanyakan faktor apa yang bisa memicu peluang yang dimilikinya sehingga bisa menjadi gol.

Dedi Mulyadi mengatakan orang Jawa Barat memiliki rasa yang kuat. Kalau hari ini surveinya menurut Indikator selisihnya 5% dengan Ridwan Kamil (RK). Bagi Dedi Mulyadi hal itu wajar.

"Kenapa? Karena Kang RK kan bagaimanapun mantan Gubernur kalau saya mantan Bupati dan mantan anggota DPR. Tentunya beda dong," tuturnya.

"Terus kemudian dari sisi aspek domisili. Saya tinggalnya kan di kampung di sebuah Kabupaten. Kalau Kang RK kan di ibu kota provinsi. Tentunya sangat berbeda," sambungnya.

Halaman
x|close